MUNCULNYA KERAJAAN SOPPENG

Sabtu, 25 Juni 2011

Awal keberadaan
Dengan kemunculan Tomanurung dari Sekkanyili’ (Soppeng Riaja) dan Manurunnge dari Goarié (Kerajaan Soppeng Rilau) merupakan fase awal dari ketenangan dan ketentraman masyarakat Soppeng sejak dilanda kemarau yang panjang. Kehidupan masyarakat kedua kerajaan tersebut senantiasa tentram dan damai sebagaimana layaknya dua orang bersaudara kembar. Hal ini tidak mengherankan, karena Kerajaan Soppeng Riaja sebagai pusat aktifitas politik mampu membina secara harmonis hubungan politiknya dan kekeluargaan dengan kerajaan Soppeng Rilau.
Fase kedamaian ini berlangsung hingga kurang lebih 260 tahun lamanya, yaitu mulai tahun 1300 an sebagai masa awal Pemerintahan La Temmamala sebagai Datu I di Soppeng Riaja dan We Temmabubbu sebagai Datu I di Soppeng Rilau hingga terjadinya konflik perselisihan antara Datu La Mataesso Puang Lipué Patolaé dengan Datu La Makkarodda Latenribali masing-masing sebagai Datu di Soppeng Riaja dengan Soppeng Rilau.


Konflik
Menurut catatan dalam naskah lontara dikatakan bahwa, terjadinya konflik ini disebabkan keambisian La Makkarodda untuk menguasai wilayah Soppeng Riaja. Pertikaian ini meningkat menjadi perang saudara. Namun keambisian La Makkarodda ini tidak seluruh kerajaan lili-nya mendukung tindakan yang dilakukan La Makkarodda sehingga saat pecahnya perang saudara ini menyebabkan Kerajaan Soppeng Rilau mengalami kekalahan.
La Makkarodda sebagai Datu Soppeng Rilau tidak puas atas kekalahannya itu. Untuk membalas kekalahannya, dengan kekearasan hati ia terpaksa meninggalkan negerinya untuk mencari sekutu atau bala bantuan dari kerajaan tetangga.

Namun sebelum meninggalkan negerinya, telah datang perutusan dari Soppeng Riaja untuk meminta La Makkarodda agar sudihlah kiranya kembali ke negerinya untuk tetap memegang tampuk ke-Datu-an di Kerajaan Soppeng Rilau. Hal ini ditempu La Mata Esso untuk senantiasa menjaga persatuan dan kekeluargaan antara Kerajaan Sopeng Riaja dengan Kerajaan Soppeng Rilau.

Maksud baik La Mata Esso ditolak mentah-mentah oleh La Makkarodda, “Bessing Passuka, bessing topa parewekka” (saya keluar karena tombak (perang) maka saya pun hanya akan kembali dengan tombak (perang) pula). Itulah jawaban La Makkarodda terhadap perutusan itu hingga ia melanjutkan perjalanannya ke Kerajaan Bone untuk mencari persekutuan dan sekaligus meminta bantuan guna melawan kerajaan Soppeng Riaja. Akan tetapi setelah La Makkarodda mendekati kerajaan Bone, nampaknya niat itu tidak diterima dengan pertimbangan dari pihak Kerajaan Bone : “bila kami mendukung berarti memperpanjang konflik antara kerajaan Soppeng Riaja dengan Soppeng Rilau; disamping itu bila kami memberikan bantuan maka kelak Kerajaan Bone akan menjadi musuh dari Soppeng Riaja.”
Karena rencananya tidak diterima, maka La Makkarodda memutuskan untuk tinggal di wilayah kerajaan Bone hingga suatu ketika La Makkarodda memperistrikan We Tenripakkuwa saudari kandung Raja Bone La Tenrirawe Bongkanngé.

Perkawinan La Makkarodda dengan We Tenripakkuwa berimplikasi terbukanya suatu kesempatan dalam rangka ikatan persahabatan antara kerajaan Bone dengan kerajaan Soppeng. Hal ini tercermin dari ungkapan penasehat Kerajaan Bone Kajao Lalliddong, “Saya merasa senang atas kebijaksanaanmu (taneng-tanengmu) itu menjodohkan adik kandungmu dengan Datu Mario (La Makkadordda). Apabila nantinya ada anak keturunannya kembali ke negeri Soppeng, maka sedapat mungkin diadakan ikatan persaudaraan antara tanah Sopppeng dengan tanah Bone”.
Betapa besar penghargaan Kajao lalliddong selaku penasehat dan diplomat Kerajaan Bone ini untuk mempersaudarakan negeri dan rakyat Kerajaan Bone dengan negeri dan rakyat Kerajaan Soppeng jika kelak dikemudian hari.

Federasi Soppeng Rilau bergabung dengan Soppeng Riaja
Sementara berlangsungnya perselisihan antara Datu Soppeng Riaja La Mataesso dan Datu Soppeng Rilau La Makkkarodda, Arung Umpungeng datang menghadap Datu Soppeng Riaja. Namun sebelum pertemuannya dengan La Mataesso terlebih dahulu diterima oleh La Waniaga Arung Bila. Dalam pertemuan awal dengan Arung Bila itu, Arung Umpungeng menyatakan diri atas nama rakyat Umpungeng beralih ke Soppeng Riaja dan bernaung di bawah payung pemerintahan Datu Soppeng Riaja.
Disampaikan pula maksud kedatangannya, agar diberikan perlindungan oleh Soppeng Riaja, karena mereka tidak sudi bersekutu dengan orang yang berbuat kesalahan (maksudnya La Makkarodda), dan beliaupun bersumpah tidak akan menghianati La Mataesso. Maksud Kedatangan Arung Umpengeng tersebut kemudian disampaikan oleh Arung Bila kepada Datu Soppeng Riaja La Mataesso dan beliaupun bersedia menerimanya pada pertemuan tingkat resmi selanjutnya.

Pada pertemuan tingkat resmi antara Arung Umpungeng dengan La Mataesso, beliau berjanji dan memohon kepada La Mataesso kiranya beliau diperkenankan bernaung di bawah payung kekuasaan Soppeng Riaja dan tidak diperlakukan secara sewenang-wenang. Maksud baik itu diterima dengan penuh ketulusan hati oleh Datu Soppeng Riaja La Mataesso, maka diadakanlah jamuan bersama dengan meminum tuak, hal mana kemudian dijadikan dasar pihak Arung Umpungeng untuk mengucapkan sumpah setianya kepada La Mataesso, “Adapun tuak sudah kuminum, hendaknya janganlah keluar melalui mulut dan tidak pula dengan lubang dubur atau penis, akan tetapi biarkanlah keluar ke samping (usus yang sobek) jika sekiranya aku ingkar janji”. Itulah sumpah setia Arung Umpungeng di hadapan La Mataesso sebagaimana tercantum dalam naskah lontara, dan seketika itu daerah Umpungeng sah berada di bawah payung kekuasaan Soppeng Riaja.

Beralihnya Umpungeng ke dalam wilayah Soppeng Riaja dengan melalui perjanjian politik seperti tersebut di atas, dengan sendirinya secara langsung membawa pengaruh yang sangat berarti dalam proses perkembangan politik dalam negeri Kerajaan Soppeng Rilau. Diantaranya, semakin lemahnya potensi dan kekuatan Soppeng Rilau, sementara kerajaan Soppeng Riaja menjadi semakin kuat. Dengan demikian akhirnya Kerajaan Soppeng Rilau mengalami kekalahan.

Intergrasi
Berkali-kali Datu Soppeng Riaja La Mataesso menempu upaya pedamaian dengan Datu Soppeng Rilau La Makkarodda. Upaya pertama sebagaimana telah dikemukakan di atas, namun upaya itu selalu ditolaknya dengan kekerasan hati. Penolakan ini dilandasi oleh keyakinannya bahwa ia mampu mengalahkan nanti Soppeng Riaja setelah mendapatkan bantuan dari kerajaan Bone mengingat kerajaan Bone waktu itu disamping kerajaan tentangga juga merupakan kerajaan yang sangat berpengaruh dan cukup kuat dari segi pertahanan. Namun bantuan yang diimpikan itu tidak mendapat sambutan dari raja dan para bangsawan di Kerjaan Bone.
Dengan perasaan sangat kecewa Datu La Makkarodda memutuskan untuk tinggal di Kerajaan Bone atas izin Raja Bone La Tenrirawe Bongkannge.
Kemudian tawaran perdamaian kedua diajukan kepadanya untuk kembali memimpin kerajaan Soppeng Rilau setelah La Makkarodda berhasil mempersunting adik kandung Raja Bone La Tenrirawe. Niat baik berdamai ini ditolaknya dengan alasan demi menjaga terjadinya perselisihan dan pertikaian yang mungkin terulang lagi apabila beliau tetap memegang tampuk pemerintahan di Kerajaan Soppeng Rilau.

Perudingan perdamaian pertama dan kedua itu selalu ditawarkan atas inisiatif Datu Soppeng Riaja La Mataesso. Kenapa justru La Mataesso selalu menawarkan perdamaian kepada Datu Soppeng Rilau La Makkarodda untuk kembali memerintah Soppeng Rilau?. Disinilah tercermin bagaimana sikap dan kecintaan Datu Sopeng Riaja yang tetap berusaha menjaga persatuan dan kedamaian antara dua kerajaan. Disamping itu ia berusaha menghindari terjadinya peperangan yang meluas dan berkepanjangan itu dengan melibatkan pihak luar yaitu kerajaan Bone.

Namun dalam perkembangan selanjutnya ketika perundingan ketiga terjadi sangat berbeda sebelumnya, karena ternyata atas inisiatif Datu Soppeng Rilau La Makkarodda sendiri yang berinisiatif untuk melakukan perdamaian dengan Soppeng Riaja. Kesungguhan hati La Makkarodda untuk berdamai dengan La Mataesso dapat disimak dari makna sumpah dan janjinnya ketika bertemu dengan Topaccaleppa Taautongennge (penasehat kerajaan) dan juga ketika beliau bertemu dengan Datu La Mataesso. Dalam pertemuannya itu, beliau bersumpah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya yang sudah berlalu, yakni berniat tidak baik terhadap Kerajaan Soppeng Riaja, bahkan beliau juga mengajukan permohonan untuk kembali bermukim di Wilayah Kerajaan Soppeng tanpa memegang jabatan dan kedudukan apa pun. Mengenai soal tahta kerajaan di Soppeng baik di Soppeng Rilau maupun di Soppeng Riaja beliau juga berpesan kepada seluruh anak keturunannya kelak agar tidak menginginkannya lagi. Akan tetapi pada waktu itu tiba-tiba Datu Soppeng Riaja La Mataesso memegang tangannya La Makkarodda, sambil berkata, “saya kecualikan apabila terjalin ikatan tali perkawinan di antara anak cucu kita kelak di kemudian hari”.

Selanjutnya, pada waktu yang telah ditentukan, bersidanglah Dewan Adat yang dihadiri oleh rakyat dari Soppeng Rilau dan Soppeng Riaja. Dari pertemuan tersebut mereka melakukan upacara Mallamung Patue sebagai simbol ikatan perjanjian persahabatan antara La Makkarodda dan La Mataesso yang kemudian ditanam secara bersama-sama yang dipersaksikan kepada Dewata Seuwae (Tuhan Yang Esa) dan keduanya berjanji’ “Barangsiapa di antara kita yang ingkar janji, maka akan ditindih oleh batu itu serta tidak akan mendapatkan kebaikan sampai kepada anak keturunannya kelak”.

Dengan selesainya tahapan perjanjian perdamaian yang ketiga antara La Makkarodda dengan Lamataesso maka Soppeng memasuki era baru, yakni ditandai dengan berakhirnya kerajaan kembar di Soppeng dan selanjutnya menjadi satu kesatuan tunggal (mabbulo peppa) di bawah satu panji kebesaran dan satu orang raja berdaulat sebagai pemegang tampuk pemerintahan yaitu, “Kerajaan Soppeng”.

Sebagai hasil keputusan Dewan Adat maka diangkatlah La Mataesso Puang Lipue Patolae sebagai Datu Soppeng Bersatu (1560) dan La Makkarodda Totenribali diangkat menjadi pangepa’ (Perdana Menteri) Kerajaan Soppeng. Setelah kerajaan Soppeng Rilau berintegrasi dengan Soppeng Riaja, maka pusat kerajaan dipusatkan di Laleng Benteng.
Integrasi Kerajaan Soppeng Rilau ke dalam Soppeng Riaja, merupakan suatu proses penyatuan komponen-komponen sosial kultural yang berbeda-beda kedalam satu hubungan dan jalinan yang terintegrasi serta menjadi kebulatan yang utuh untuk mencapai suatu identitas baru sebagai suatu kerajaan yang bersatu. Ini berarti, bahwa integrasi bukanlah merupakan konkolusi dari komponen-komponen yang berbeda-beda saja, tetapi juga yang paling esensial adalah semangat laten dan konkret yang dapat dimanifestasikan ke dalam suatu tindakan nyata untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu “perdamaian”.

Refleksi
ketika dalam kondisi kekinian dalam menghadapi PILKADA Soppeng yang akan berlangsung tahun 2010, aroma perang saudara itu kembali diherhembuskan untuk mendapatkan kepentingan sesat, maka kita harus merefleksi diri untuk arif dan bijak melihat realitas obyektifnya bahwa persoalan itu sudah final dan kita tidak boleh lagi mengorek luka lama yang sudah sembuh. Perang terkadang tidak boleh diartikan sebagai sebagai akibat dari luapan politik tetapi “hukum masyarakat”, sesuatu yang harus terjadi sebagai jembatan bagi suatu proses perubahan masyarakat. “assyabiyah” perubahan kata ibnu kaldun dalam bukunya Muqaddimah.
Kita tidak boleh melihat peristiwanya, melainkan kita harus menarik hikmah dibalik peristiwa yang pada masa lampu tersebut. Bukankah sejarah adalah guru kehidupan ? (Historya Magistra Vitae).

Dari perang saudara yang pernah terjadi itu telah mengajarkan kita tiga hal :
1. Antara La Makkarodda dan Mataesso adalah pemimpin yang visioner, mampu melihat ke depan bagaimana membuat perencanaan strategis jangka panjang agar kedua rumpun rakyatnya kian maju, bukan terprosok mundur ke lembah perang saudara. Keduanya telah berpikir jauh menembus batas kepentingan generasinya. Capaian visinya tergambar dari kerelaan meleburkan kedua identias kerajaannya menjadi kerajaan Soppeng.

2. Mampu menggerakkan orang-orang terdekatnya sehingga muncul teamwork yang solid dan antusias untuk melaksanakan visinya.

3. Keduanya memiliki inisiatif yang bisa dijelaskan kepada orang lain sehingga memperoleh dukungan luas dari rakyatnya.

Olehnya itu, saya sangat prihatin bila hal perang saudara itu dijadikan komoditas politik untuk merai kepentingan sesaat, bila hal ini benar terjadi maka orang Soppeng telah melakukan pengingkaran nilai sejarahnya yang sudah mapan, dan lebih daripada itu, saya berani mengatakan bahwa, kini orang Soppeng telah mengalami degradasi pemikiran politik ke jaman primitf.
Perlu kita sadari bersama bahwa pendekian masyarakat Soppeng masih jauh, ritual PILKADA dari waktu kewaktu harus dilaksanakan karena merupakan prasyarat tegaknya demokrasi. Namun, ribut-ribut politik dan demokrasi tanpa visi, program strategis jangka panjang dan minus actor politik yang berkualitas hanya akan menghabiskan energi.

Semoga suhu politik yang mulai memanas akan melahirkan pikiran cerdas, visioner, dan mendorong tampilnya putra-putra Soppeng yang segar dan terbaik.

H. A. Ahmad Saransi
Peraih Celebes Awards 2007


Read the story >

ARU PALAKKA PUTRA BUGIS

Jumat, 24 Juni 2011


Arung Palakka (lahir di lamatta, mario-ri wawo, soppeng , 15 september 1634 wafat di bontoala 6 april 1696 dalam usia 61 tahun) adalah sultan bone dari tahun 1972-1696. Saat masih jadi pangeran, ia memimpin kerajaannya dalam meraih kemerdekaan dari kesultanan gowa pada tahun 1660-an. Ia bekerjasama dengan belanda dalam merebut kota makassar.

Palakka membawa suku bugis menjadi kekuatan maritim besar dan mendominasi kawasan tersebut selama hampir seabad. Arung Palakka bergelar “La Tan-ri tatta To urong To-ri SompaE Petta MalampE’E Gemme’na Daeng Serang To’ Appatunru Paduka Sri Sultan Sa’admuddin, [MatinroE-ri Bontoawala], Arung Bone.

BIOGRAFI

Lahir di lamatta, Mario ri Wawo, Soppeng, Tanggal 15 september 1634, anak dari Lapottobunna, Arung Tanah Tengnga dengan istrinya, We Tan-ri Suwi, Datu Mario-ri Wawo, anak dari La tan-ri Ruwa Paduka sri sultan adam, arumpone bone. Arung Palakka meninggal di bontoala, kerajaan gowa (sekarang kabupaten Gowa) pada tanggal 6 april 1969 di makamkan di bontobiraeng.


PERNIKAHAN

-Menikah pertama dengan Arung Kaju (bercerai)

-Menikah ke dua kalinya dengan sira Daeng Talele karaeng ballajawa pada 16 maret 1668 (bercarai pada 26 januari 1671), (lahir pada 10 september 1634, meninggal 11 februari 1721), sebelumya istri dari karaeng bontomaronu, dan karaeng karunrung’ Abdul hamid, mantan tuma bicara-butta gowa, anak perempuan dari I-MALLEWAI Daeng Manasa karaeng mataoya, karaeng cendrana dan kadang sebagai Tumalailng gowa, oleh istrinya, daeng mangeppe, anak dari I-mallingkaang daeng mannyon-ri karaeng matoaya sultan abdullah awwal al-islam, karaeng tallo.

-Menikah ketiga kalinya di soppeng, 20 juli 1673 dengan We tan-ri pau adda sange datu ri watu [matinroe_ri madello] datu soppeng, sebelumnya istri dari la suni, adatuwang sidendreng, dan anak perempuan dari La tan-ri bali beowe II, datu ri soppeng.

-Menikah ke empat kalinya pada 14 september 1684, dengan Daeng marannu, karaeng laikang (meninggal pada 6 mei 1720), sebelumnya istri dari karaeng bontomanopo muhammad, dan anak dari pekampi daeng mangempa karaeng bontomanonu, gowa.

ARUMPONE BONE

Menggantikan ibunya sebagai datu Mario_ri Wawo ke 15. Mendapatkan gelar arung palakka sebagai hadiah membebaskan rakyatnya dari penjajahan makassar. Di akui oleh belanda sebagai arung pattiru, palette, dan palakka di bone dan dautu mario-ri wawo di soppeng, bantaeng, dan bontoala, 1670.

KEHIDUPAN DILUAR TANAH BUGIS

JAUH sebelum menaklukan Sultan Hasanuddin di Selat Buton, Arung Palakka adalah seorang jagoan tanpa tanding yang ditakuti di seantero Batavia. Lelaki gagah berambut panjang dan matanya menyala-nyala ini memiliki nama yang menggetarkan seluruh jagoan dan pendekar di Batavia. Keperkasaan seakan dititahkan untuk selalu bersemayam bersamanya. Pria Bugis dengan badik yang sanggup memburai usus ini sudah malang melintang di Batavia sejak tahun 1660, ketika ia bersama pengikutnya melarikan diri dari cengkeraman Makassar.

Batavia di abad ke-17 adalah arena di mana kekerasan seakan dilegalisir demi pencapaian tujuan. Di masa Gubernur Jenderal Joan Maetsueyker, kekerasan adalah udara yang menjadi napas bagi kelangsungan sistem kolonial. Kekerasan adalah satu-satunya mekanisme untuk menciptakan ketundukan pada bangsa yang harus dihardik dulu agar taat dan siap menjadi sekrup kecil dari pasang naik kolonialisme Eropa. Kekerasan itu seakan meneguhkan apa yang dikatakan filsuf Thomas Hobbes bahwa manusia pada dasarnya jahat dan laksana srigala yang saling memangsa sesamanya. Pada titik inilah Arung Palakka menjadi seorang perkasa bagi sesamanya.

Aku menemukan nama Arung Palakka saat membaca sebuah arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Barusan, aku juga membaca sebuah novel yang berisikan data sejarah tentang Batavia di masa silam dengan sejarah kelam yang membuat bulu kuduk bergidik. Selama beberapa hari ini, sejarah Batavia seakan berpusar terus di benakku. Berbagai referensi itu menyimpan sekelumit kisah tentang pria yang patungnya dipahat dan berdiri gagah di tengah Kota Watampone.

Arung Palakka adalah potret keterasingan dan menyimpan magma semangat yang menggebu-gebu untuk penaklukan. Ia terasing dari bangsanya, bangsa Bugis yang kebebasannya terpasung. Namun, ia bebas sebebas merpati yang melesat dan meninggalkan jejak di Batavia. Ia sang penakluk yang terasing dari bangsanya. Malang melintang di kota sebesar Batavia, keperkasaannya kian membuncah tatkala ia membangun persekutuan yang menakutkan bersama dua tokoh terasing lainnya yaitu pria Belanda bernama Cornelis Janszoon Speelman dan seorang Ambon yang juga perkasa bernama Kapiten Jonker. Ketiganya membangun persekutuan rahasia dan memegang kendali atas VOC pada masanya, termasuk monopoli perdagangan emas dan hasil bumi.

Ketiga tokoh yang teralienasi ini adalah horor bagi jagoan di masa itu. Speelman adalah petinggi VOC yang jauh dari pergaulan VOC. Dia tersisih dari pergaulan karena terbukti terlibat dalam sebuah perdagangan gelap saat masih menjabat sebagai Gubernur VOC di Coromandel tahun 1665. Arung Palakka adalah pangeran Bugis yang hidup terjajah dan dalam tawanan Makassar. Ia memberontak dan bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia. VOC menyambutnya dengan baik dan memberikan daerah di pinggiran Kali Angke, hingga serdadu Bugis ini disebut To Angke atau orang Angke. Sedang Kapiten Jonker adalah seorang panglima yang berasal dari Pulau Manipa, Ambon. Dia punya banyak pengikut setia, namun tidak pernah menguasai satu daerah di mana orang mengakuinya sebagai daulat. Akhirnya dia bergabung dengan VOC di Batavia. Rumah dan tanah luas di daerah Marunda dekat Cilincing diberikan VOC kepadanya.

Baik Speelman, Arung Palakka, dan Kapiten Jonker sama-sama berangkat dari hal yang sama yaitu keterasingan. Ketiganya punya sejarah penaklukan yang membuat nama mereka menjadi legenda. Speelman menjadi legenda karena berhasil membuat Sultan Hasanuddin bertekuk lutut di Makassar dalam sebuah perlawanan paling dahsyat dalam sejarah peperangan yang pernah dialami VOC. Bersama Arung Palakka, Speelman menghancurkan Benteng Sombaopu yang menjadi momok bagi VOC serta rintangan (barikade) untuk menguasai Indonesia timur, khususnya jalur rempah- rempah Maluku, pada bulan November 1667.

Arung Palakka sangat populer sebab berhasil menaklukan Sumatra dan membumihanguskan perlawanan rakyat Minangkabau terhadap VOC. Arung Palakka menyimpan dua sisi diametral: di satu sisi hendak membebaskan Bugis, namun di sisi lain justru menaklukan daerah lain di Nusantara. Kisahnya berawal pada tahun 1662, dibuat perjanjian antara VOC dengan pemimpin Minangkabau di Padang. Perjanjian yang kemudian di sebut Perjanjian Painan itu bertujuan untuk monopoli dagang di pesisir Sumatera, termasuk monopoli emas Salido. Sayang, rakyat Minang mengamuk pada tahun 1666 dan menewaskan perwakilan VOC di Padang bernama Jacob Gruys. Arung Palakka kemudian dikirim ke situ dalam ekspedisi yang dinamakan Ekspedisi Verspreet. Bersama pasukan Bugis, ia berhasil meredam dan mematikan perlawanan rakyat Minangkabau hingga menaklukan seluruh pantai barat Sumatera, termasuk memutus hubungan Minangkabau dengan Aceh. Kekuasaan VOC diperluas hingga Ulakan di Pariaman. Di tempat inilah, Arung Palakka diangkat sebagai Raja Ulakan.

Sedang Kapiten Jonker punya reputasi menangkap Trunojoyo dan diserahkan pada pegawai keturunan VOC keturunan Skotlandia, Jacob Couper. Tiga tokoh yaitu Speelman, Arung Palakka, dan Kapiten Jonker telah menaklukan Nusantara di Barat, Tengah, dan Timur. Mereka punya andil besar untuk mengantarkan VOC pada puncak kejayaannya pada masa Gubernur Jenderal Joan Maetsuyker. Tidak heran kalau ketiga tokoh ini menjadi tulang punggung kekuatan VOC pada masa itu. Maetsueyker tidak berani menolak permintaan ketiganya sebab mereka punya bala tentara yang besar. Di luar ketiganya, ia hanya mengandalkan serdadu bayaran multibangsa dengan loyalitas yang rendah. Akibat kekuasaan yang besar serta penguasaan monopoli emas ini, Speelman berhasil menjadi Gubernur Jenderal VOC pada tahun 1681.

Sayangnya, kisah menakjubkan dari tiga jagoan Batavia ini harus berakhir dalam waktu yang tidak lama. Musuh Speelman yaitu perwira asal Perancis bernama Isaac de’lOrnay de Saint Martin langsung bergerak. Komandan perang yang memenangkan peperangan di Cochin, Colombo, Ternate, Buton, Jawa Timur, dan Jawa Barat ini, berhasil mengungkap semua korupsi dan keculasan Speelman hingga akhirnya Speelman disingkirkan dari posisi Gubernur Jenderal. Isaac juga berhasil mempengaruhi Gubernur Jenderal Champuys untuk menyingkirkan Kapiten Jonker. Wilayah kekuasaan pria Ambon ini di Pejonkeran Marunda dikepung, kemudian diserang. Kapiten Jonker tewas terbunuh dalam penyerbuan itu. Kepalanya dipancung dan dipertontonkan. Pengikutnya dibunuh dan keluarganya diasingkan ke Colombo dan Afrika.

Sedang Arung Palakka disingkirkan secara halus dengan cara memasung langkahnya untuk tetap menjadi Raja Bone, kemudian kekuasaannya dikontrol dari Benteng Rotterdam. Pria Bugis ini dijauhkan dari hiruk-pikuk politik di Batavia sehingga kehilangan semua kuasa dan pengaruh besarnya di jantung kekuasaan VOC. Ia seakan diasingkan agar tidak lagi membangun networking atau jaringan dengan bala tentaranya di Batavia. Hingga akhirnya Arung Palakka kesunyian dan menjemput ajalnya di bumi Sulawesi. Namun, namanya telah terpatri sebagai jagoan tanpa lawan di tanah Batavia.

Sumber : dirangkum dari berbagai macam sumber
Read the story >

Asal Usul Raja Bugis

Kamis, 23 Juni 2011

Dipercaya bahwa asal-usul raja-raja di Sulawesi Selatan berasal dari To Manurung(orang bunian) manusia yang berasal dari langit, turun ke bumi. To Manurung ini membawa segala kebesaran, kehormatan, dan kesaktiannya. Menurut riwayat kuno, daratan Sulawesi mengalami 3 kali kedatangan To Manurung. Siapa saja mereka?

PERISTIWA ‘pendaratan’ pertama:
dipercaya bahwa yang mula-mula menjejakkan kakinya di daratan Sulawesi ialah “Tamboro Langi”. Lelaki perkasa ini berdiri di puncak gunung Latimojong. Ketika itu, daratan Sulawesi masih tergenang air, hanya puncak gunung Lompobattang yang mencuat di sebelah selatan, dan puncak gunung Latimojong di tengah-tengah.

Tamboro Langi lalu memproklamirkan diri sebagai utusan dari langit untuk memimpin manusia. Dengan kata lain, dia mengangkat dirinya sebagai raja dan rakyat harus tunduk padanya.

Tamboro Langi kawin dengan Tande Bilik, yaitu seorang dewi yang muncul dari busa air sungai Saddang. Puteranya yang sulung bernama Sandaboro, beranakkan La Kipadada. La Kipadada inilah yang membangun 3 buah kerajaan besar, yakni: di Rongkong asal mulanya kerajaan Toraja, di Luwu asal mulanya kerajan Bugis, dan di Gowa asal mulanya kerajaan Makassar.
Laksana garis nasib setiap peradaban, setelah keturunannya mengalami masa kejayaan, kerajaan-kerajaan tersebut mengalami kemunduran yang berakibat kekacauan.

Untuk mengatasi kekacauan ini, ‘pendaratan’ kedua terjadi. Kali ini yang diutus masih seorang laki-laki bernama Batara Guru. Batara Guru kawin dengan We Nyilitimo, puteri dari Pertiwi (Bumi bawah) dan memperoleh putera yang diberi nama Batara Lattu. Batara Lattu kawin dengan We Opu Sengngeng, puteri dari Masyrik. Dari perkawinan mereka ini maka lahirlah puteranya yang bernama Sawerigading.

Sawerigading membentuk sebuah kerajaan besar (negara) yaitu kerajan Luwu di Palopo, yang di bawahnya terdiri dari kerajaan-kerajaan yang masing-masing merdeka dan berdaulat, seperti: Kerajaan Toraja, Palu, Ternate, Bone, Gowa, dll.

Kejayaan masa Sawerigading menemui pula kemunduran dan berakhir vakum; tujuh turunan lamanya tak ada raja si Sulawesi Selatan yang memerintah, sehingga yang memegang pemerintahan hanya penduduk isi dunia yang asli.

‘Pendaratan’ ketiga pun akhirnya tiba. Namun pendaratan kali ini terdapat beberapa orang To Manurung sekaligus pada beberapa tempat di tanah yang berbeda-beda, seperti di Toraja, Luwu, Bugis, dan Makassar, yang menjadi pokok asal raja-raja yang memangku kerajaan hingga saat ini.

To Manurung di Luwu bernama Sempurusiang, kawin dengan Pattiajala, puteri yang muncul dari air. To manurung di Bone bernama Matasilompoe, kawin dengan To Manurung perempuan di Toro. To Manurung di Gowa adalah seorang perempuan, kawin dengan Karaeng Bayo dari Pertiwi. To Manurung di Bacukiki memperistrikan To Manurung di Lawaramparang, dan turunannya menjadi raja di tanah-tanah sebelah barat danau Tempe (Ajatapparang) dan di sepanjang lereng gunung (Massinrinpulu).

Lalu, bagaimana corak pemerintahan mereka? Era Tamboro Langi’ adalah era pemerintahan yang absolute monarchi, yaitu kehendak raja saja yang jadi; rakyat cuma tahu tunduk dan menerima titah raja. Sementara pada peristiwa To manurung ketiga, corak pemerintahannya sudah agak demokrasi mesti diakui belum sempurna.

Peribahasa Bugis menyebutkan: “Makkeda tenribali, mette tenrisumpalang.” Artinya: “Berkata tak dapat dilawan, menyahut tak dapat disalahkan”. Gambaran akan sifat Absolute monarchie; apa yang dikatakan raja, itulah yang benar.

Namun sedikit berbeda ketika kejadian To Manurung di Gowa. Ketika To manurung menjejakkan kakinya di Tamalate, Patcallaya atas nama rakyat Gowa datang ke hadapan To Manurung, dan berkata: “Ana’mang, bainemang, iapa nakulle nipela, punna buttaya angkaeroki.” Artinya: Anak kami, istri kami, hanya dapat disingkirkan kalau tanah (rakyat) yang menghendaki.

Nampak di sini sifat-sifat demokrasi yang mulai berkembang ketika itu, bahwa seorang raja tidak bisa berbuat semaunya saja tanpa persetujuan adat. Hal ini dikuatkan oleh bukti ketika Tepu Karaeng Daeng Tarabung, Karaeng Bontolangkasa, raja Gowa ke XIII (1590-1593) diterjang gelombang pemberontakan oleh rakyatnya sendiri, lantaran memerintah secara zalim. Beliau ‘diusir’ dari kerajaannya pada tahun 1593.

sumber : rappang.com
Read the story >

sejarah kabupaten SOPPENG SULAWESI SELATAN

Rabu, 22 Juni 2011

Pemikiran yang mendasari penelitian situs Tinco, salah satunya berasal dari kajian naskah lontara (filologi). Dalam naskah itu telah menunjuk eksistensi Tinco sebagai tempat awal perkembangan masyarakat Soppeng Riaja. Keberadaan Tinco sebagai kawasan aktivitas manusia masa lampau telah dipaparkan dalam lontara Attoriolonna Soppeng (naskah E=MAK 188, p.5.1-p.7.29 dari Ian Caldwell 1988) yang apabila diterjemahkan secara bebas bahwa masayarakat Soppeng berasal dari dua tempat yaitu Sewo dan Gattareng. 
 
Orang-orang yang berasal dari Sewo menempati daerah yang disebut Soppeng Riaja (Soppeng Barat) dan yang berasal dari Gattareng menempati Soppeng Rilau (Soppeng Timur). Ada enam puluh kampung (wanua) yang dipimpin oleh orang yang bergelar Matoa. Kampung-kampung yang termasuk Soppeng Rilau adalah Salotungo, Lompo, Kubba, Paningcong, Talagae, Attassalo, Mangkuttu, Maccile, Watuwatu dan Akkampeng. Sedang yang termasuk Soppeng Riaja ialah: Pesse, Seppang, Pising, Launga, Mattabulu, Ara, Lisu, Lawo, Madello Rilau dan Tinco. Cenrana, Salokaraja, Malaka, Mattoanging termasuk ke dalam Soppeng Rilau dan Soppeng Riaja. Tidak diketahui lagi berapa lama rakyat Soppeng tidak memiliki raja, setelah keturunan Sawerigading terakhir punah. Pada waktu itu, Soppeng hanya dikendalikan oleh para matoa yang berjumlah enam puluh, dan yang dianggap sebagai pemimpin adalah Matoa Bila, Matoa Botto dan Matoa Ujung. Para pemipin inilah yang mengayomi negeri Soppeng sampai datangnya Petta Manurunge (yang turun) di Sekkanyili.

Pada waktu Matoa Tinco mengetahui kedatangan Petta Manurunge di Sekkanyili, maka berita tersebut disampaikan kepada Matoa Botto, Matoa Ujung dan Matoa Bila, untuk diberitakan kepada orang-orang yang bermukim di Soppeng Rilau. Setelah mengetahui berita itu maka, orang-orang dari Soppeng Rilau dan Soppeng Riaja mengambil kesepakatan. Berkata Matoa Ujung bahwa “Dilain hari kita akan datang menjemputnya”. Ditimpali pula oleh Matoa Salotungo “Karena kita telah berkumpul, maka sebaiknya dan mengangkatnya sebagai raja yang menjaga dan membawa kita jauh maupun dekat hingga anak cucu kita nantinya”. Setelah itu berangkatlah para matoa menyampaikannya kepada Tomanurung. Berkatalah Matoa Ujung, Botto dan Bila, bahwa”Kami semua hambamu, mengharap belas kasihmu, janganlah engkau melayang, engkaulah pemerintah kami, yang menjaga kami, mengasihi kami dan membawa kami dekat maupun jauh sampai kepada turunan kami, pendapatmulah yang kami ikuti. Tomanurung berkata : “dari manakah kalian ? Berkata para matoa “saya datang untuk dikasihi, janganlah engkau menghilang, engkaulah yang kami pertuan dan yang akan menjaga kami, melidungi kami baik dekat maupun jauh sampai turunan kami. Kemudian apa yang kamu tidak setuju maka kami tidak akan menyetujui pula.” Dari dialog antara Petta Manurunge dengan para Matoa, terjadilah kesepakatan. Pada saat itu hadir semua para bissu meramaikan kerajaan, dan membawa Tomanurung ke Soppeng di rumah Matoa Tinco, bersama dengan itu diberikan sawah kerajaan di Lakelluaja.
Kapan kejadian yang digambarkan dalam lontara tersebut belum diketahui secara pasti, namun menurut perkiraan beberapa sejarawan bahwa peristiwa itu terjadi sekitar abad ke-12/13 Masehi. Demikian pula dengan tokoh yang disebut Tomanurung tidak diketahui asal usulnya, namun tokoh tersebut digambarkan sebagai sosok yang memiliki kelebihan dan keistimewaan yang akhirnya disepakati sebagai pemimpin masyarakat yang kemudian lebih dikenal dengan nama Latemmamala. Dalam mufakat antara Tomanurung Latemmamala dengan para Matoa yang berjumlah enam puluh, disepakati bahwa Tomanurung akan melindungi dan mangayomi serta berusaha
memakmurkan rakyatnya. Setelah Latemmamala diangkat sebagai Datu (raja) Soppeng Riaja yang pertama, Latemmamala memberitahukan pula bahwa di Gowarie (sekitar 20 km di sebelah selatan Watansoppeng) muncul Tomanurung lain yang bernama Manurunge ri Gowarie. Dia merupakan seorang putri yang kemudian dijemput pula oleh para Matoa dan atas kesepakatan bersama, Latemmamala diangkat sebagai Datu Soppeng Riaja dan Tomanurunge ri Gowarie diangkat sebagai Datu Soppeng Rilau. Selanjutnya dalam silsilah raja-raja Soppeng yang dikenal hanya keturunan Latemmamala.
Keistimewaan Tinco dalam hal ini, digambarkan dalam cerita rakyat sebagai berikut, bahwa : Raja (datu) Soppeng pertama yaitu Tomanurung di Sekkanyili (sebuah tempat di Desa Leworong sekarang kira-kira 20 kilometer di sebelah utara Watansoppeng) yang bernama Latemmamala, beliau dibuatkan istana di Tinco sekitar 7 km di sebelah utara Watansoppeng. Bersamaan dengan itu dibuat pula sawah kerajaan di Lakelluaja.
 
Demikian lontara meriwayatkan asal muasal terbentuknya sistem pemerintahan Soppeng yang diawali turunnya seorang titisan dewa yang disebut Tomanurung (orang yang turun dari langit) di daerah Sekkanyili. Hal penting yang dapat ditangkap dalam uraian diatas bahwa pada umumnya tempat-tempat yang disebutkan, memiliki peninggalan artefaktual yang membutuhkan sinkronisasi dan interpretasi data sejarah dan arkeologis.
Daerah Tinco sebagaimana dilansir dalam naskah Lontara Attoriolonna Soppeng disebut sebagai wanua yang terjadi setelah masyarakat Soppeng berpindah dari Gattareng (daerah pegunungan) menuju permukiman di daerah-daerah di sekitar pinggir sungai atau kaki bukit yang datar. Selain itu, disebutkan pula bahwa Tinco sebagai ibukota kerajaan Soppeng Riaja dan suatu lokasi terdapatnya kisah mallajang (raib) Tomanurung Latemmamala yang kemudian diabadikan dalam bentuk monumental yang berupa penancapan batu andesit bercungkup (beratap) seng.
 
Dalam silsilah raja-raja Soppeng sebagaimana yang tertera dalam Lontara Geneologis Kerajaan Soppeng Naskah D=NBG 99, p.224.10-p.230.6 dari Cadwell 1988:118-127 (Kaluppa, 1989:79-82) diperoleh keterangan mengenai nama-nama raja Soppeng sebagai berikut : 1. Latemmamala, 2. La Marangcina, 3. La Bang, 4. We Tekkewanua, 5. La Makkanengnga, 6. La Karella, 7. La Pawiseang, 8. La Pasampoi, 9. La Manussaq, 10. La Den, 11. La Sakati, 12. La Mataesso, 13. La Mappalepeq, 14. Beoe, 15. La Tenribali, 16. We Ada, 17. We Tenri Senge, 18. La Patau, 19. La Pada Sajati, 20. La Pareppa, 21. Batari Toja, 22. To Wesa, 23. La Temma Senge, 24. La Tongeng, 25. La Mappajanci, 26. La Mappapoleonro, 27. We Tenriawaru, 28. We Tenriyampareng, 29. La Unru, 30. La Onrong, 31. To Lompeng, 32. Abdul Gani, 33. Hj. Sitti Saenab, dan 34. Hj. Andi Wana.
Latemmamala sebagai Raja (Datu) Soppeng Riaja pertama kawin dengan We Mapupu (Tomanurung ri Suppa). Dari perkawinan itu melahirkan seorang putra yang bernama La Marangcina yang pada masa berikutnya menggantikan ayahnya sebagai Datu Soppeng Riaja II. Pada masa pemerintahan Datu Soppeng Riaja I, rakyat mengalami kehidupan yang makmur. Dalam menjalankan pemerintahannya, Datu Soppeng Riaja dibantu oleh seorang pangepa. Demikian selanjutnya, hingga masa pemerintahan Datu Soppeng Riaja keempat yaitu We Tekkewanua yang berhasil memperluas wilayah kekuasaan Soppeng hingga ke pantai barat Sulawesi Selatan. Masa itu pula telah dibangun persawahan dan perikanan demi meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. We Tekkewanua mempunyai dua orang anak yaitu Lawadeng yang kemudian menjadi pangepa dan La Makkanengnga yang selanjutnya menggantikan ibunya sebagai Datu Soppeng Riaja.
 
Pada abad ke-16 Masehi, terjadi pertikaian antara La Mataesso (Datu Soppeng Riaja) dengan La Makkarodda (Datu Soppeng Rilaiu) yang berlanjut hingga terjadi perang saudara kedua belah pihak, namun kemudian La Makkarodda mengalami kekalahan, sehingga ia mengasingkan diri ke Bone. Ketika berada di Bone, ia mengawini We Tenri Pakkua (saudara perempuan Raja Bone, Bongkangnge). Berselang beberapa tahun kemudian La Mataesso memanggil La Makkarodda agar kembali ke Soppeng memimpin kerajaannya, namun La Makkarodda menolak untuk menjadi Datu Soppeng Riaja. La Makkarodda hanya bersedia menjadi panglima perang (watanglipu). Persyaratan itu disetujui oleh La Mataesso, dan sejak saat itu terjadi penggabungan antara wilayah Soppeng Riaja dan Soppeng Rilau dan ibukota kerajaan dipindahkan dari Tinco ke Lalengbata (Lalabata).
Dalam perkembangan selanjutnya, Islam telah masuk pada periode awal abad ke-17 Masehi atas prakarsa raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin. Islam diterima sebagai agama resmi kerajaan Soppeng pada tahun 1609 pada masa pemerintahan Datu Soppeng ke-14 bernama Datu Beoe. Ketika itu, Sultan Alauddin sebagai Raja Gowa ke-14 mengajak seluruh raja-raja di daerah Bugis untuk memeluk ajaran baru (agama Islam), namun kerajaan-kerajaan Bugis seperti Bone, Soppeng, Wajo, Ajatappareng menolak ajakan tersebut, sehingga raja Gowa harus menempuh jalan lain, yaitu memerangi mereka. Peristiwa tersebut yang dikenal dengan musu assellengeng (periksa Andaya, 2004 : 24).
Meskipun dimaklumi bahwa masuknya Islam ke wilayah Soppeng agak terlambat jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Sulawsei Selatan, namun kini Islam justru telah menjadi identitas komunal bagi suku Bugis di Soppeng. Awalnya orang Sulawesi Selatan pada era sejarah masih tetap resisten dalam adaptasinya menghadapi transformasi idiologis dan sosial kultural, namun akhirnya Islam dapat diterima juga, bahkan pada perkembangan selanjutnya menjadi motor penggerak dalam kehidupan ekonomi dan pemerintahan bagi suku Bugis, Makassar, dan Mandar (Fadilla, 1999 : 99). Hal itu didorong oleh adaptasinya dalam interaksi sosial politik dengan etnik besar lainnya seperti Luwu dan Makassar yang telah lebih dahulu menerima Islam.
Diterimanya Islam sebagai agama resmi masyarakat berarti perubahan drastis telah menandai zamannya. Ada indikasi bahwa di Soppeng juga menerima Islam dan bahkan mengalami perkembangannya dengan bukti-bukti arkeologis berupa makam yang megah dan kaya akan ragam hias terutama terlihat pada kompleks maka raja-raja Soppeng di Jera Lompoe, Bila. Dalam persepktif masa kini, kehidupan masyarakat senantiasa ingin menunjukkan identitas budaya dan penghormatan yang tinggi kepada pemimpin atau raja mereka. Penataan makam yang terletak di dalam kompleks tersebut menunjukkan identitas penghormatan dan seakan-akan ada pembagian ruang bagi seorang tokoh yang kharismatik.
Para pemukim yang menganut Islam pada perkembangan kemudian tersebar pada beberapa karakter daerah yang beragam. Di sisi lain mereka memanfaatkan kondisi alam yang meskipun memiliki karakter yang berbeda, namun tetap konsisten dengan agama yang dianut dan sangat dimungkinkan untuk mengembangkan budaya yang diaplikasikannya dalam ajaran Islam sebagai anutan mereka. Masyarakat seolah-olah telah mengalami resistensi budaya yang panjang, namun hanya beberapa lama kemudian sejarah baru mulai diterapkan dan Islam sejak itu terintegrasi dalam budaya Bugis, Makassar dan Mandar (Fadillah,1999:106). Peranan penyebar Islam di daerah tersebut lebih menekankan pada praktek-praktek ritus dan pengukuhan syariah. Perilaku religius dan pengenalan ritus-ritus Islam seperti khitanan dan penamatan Al-Qur’an, pernikahan dan upacara Maulid. Penerapan ajaran Islam pun masih bersifat toleran dengan memberi kelonggaran dalam memasukkan budaya-budaya lokal sejauh hal itu tidak bertentangan dengan aqidah.

sumber : balai arkeologi Makassar

Read the story >

obat herbal untuk melebarkan pembuluh darah vena

Berguna melebarkan pembuluh darah Vena Jantung : 
* 1 gelas sari/airLemon 
* 1 gelas sari/air Jahe 
* 1 gelas sari/air Bawang putih 
* 1 gelas sari/air Apple vinegar 

Cara mengolahnya : 
* Campur semuanya dan didihkan dengan perlahan-lahan (api kecil). 
* Biasanya sekitar 1/2 jam, untuk menjadi 3 gelas. 
* Saring dan biarkan menjadi dingin. 
* Setelah dingin, tambahkan 3 gelas Madu alami, diaduk sampai merata dan simpan dalam botol. 

Anjuran pakai :
* Minumlah 1 sendok makan setiap pagi sebelum sarapan. Penyempitan/sumbatan pembuluh darah Vena akan terbuka. Sekarang tidak diperlukan lagi operasi Angioplasty atau Bypass... Tolong diteruskan kabar ini kepada orang yg membutuhkan... Semoga anda sehat selalu...
Read the story >

Asal-usul Nama Tana Toraja

Senin, 20 Juni 2011
Konon, leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana. Mitos tersebut tetap melegenda turun- temurun hingga kini secara lisan di kalangan masyarakat Toraja.

Mitos itu ingin menceritakan bahwa nenek moyang masyarakat Toraja yang pertama menggunakan "tangga dari langit" untuk turun dari nirwana, yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi dengan Puang Matua (Tuhan Yang Maha Kuasa).

Lain lagi versi dari DR. C. Cyrut, seorang anthtropolog, yang dalam penelitiannya menuturkan bahwa masyarakat Tana Toraja merupakan hasil dari proses akulturasi antara penduduk (lokal/pribumi) yang mendiami daratan Sulawesi Selatan dengan pendatang yang notabene adalah imigran dari Teluk Tongkin (daratan Cina).

Proses akulturasi antara kedua masyarakat tersebut berawal dari berlabuhnya Imigran Indo Cina dengan jumlah yang cukup banyak di sekitar hulu sungai yang diperkirakan lokasinya di daerah Enrekang. Kemudian para imigran itu membangun pemukimannya.

Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidendereng dan Luwu. Orang Sidendreng menamakan penduduk daerah itu dengan sebutan To Riaja yang mengandung arti "Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan", sedang orang Luwu menyebutnya To Riajang yang artinya adalah "orang yang berdiam di sebelah barat".

Ada juga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja
Read the story >

Sebaran Wilayah Suku-Suku di Sulawesi Selatan

Minggu, 19 Juni 2011
Sulawesi Selatan termasuk provinsi di Indonesia yang ragam suku. Keragaman suku itu bisa dibedakan dari budaya atau bahasa. Suku-suku apa saja yang ada di Sulsel dan di mana wilayah suku-suku itu? Mari kita bahas! Secara umum, suku di Sulsel ada empat: Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Tapi kalau kita mau kaji secara khusus, kita akan temukan lebih dari empat. Ada suku Kajang di Bulukumba, suku Bajoe di Bone, suku Luwu di Luwu, dan suku Selayar di Pulau Selayar sebagai tambahan. Dan mungkin masih banyak lagi.

Suku Bugis mendiami daerah Sinjai, Bone, Wajo, Sidenreng-Rappang (Sidrap), Pinrang, Polewali-Mamasa (Polmas), Palopo, Pare-Pare, dan Barru. Suku Bugis memakai bahasa Bugis dan jika kita telusuri sejarahnya, kita akan berujung pada sejarah kebesaran Kerajaan Bone.

Suku Makassar mendiami daerah Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, dan Bantaeng. Suku Makassar memakai bahasa Makassar dan jika kita telusuri sejarahnya, kita akan berujung pada sejarah kebesaran Kerajaan Gowa.

Terdapat beberapa daerah yang merupakan bauran antara suku Bugis dan Makassar: Pangkajene-Kepulauan (Pangkep), Maros, dan Bulukumba.

Suku Mandar mendiami daerah Mamuju, Majene, Pasangkayu yang sekarang memisahkan diri membentuk Sulawesi Barat. Termasuk daerah Polmas, juga sudah bergabung ke dalam wilayah Sulbar. Suku Mandar memakai bahasa Mandar dan kalau kita telusuri sejarahnya, sebagaimana disimpulkan Christian Pelras, nenek moyang suku Mandar adalah pelaut sejati.

Suku Toraja mendiami daerah Toraja yang terdiri dari Makale dan Rantepao. Suku Toraja memakai bahasa Toraja dan kebanyakan penduduknya beragama Nasrani.

Terdapat daerah yang merupakan bauran antara suku Bugis dengan Suku Toraja, yaitu Enrekang. Orang Enrekang biasa disebut orang Duri atau Massenrempulu.

Suku Bajoe mendiami daerah pesisir di Bone. Suku ini juga tersebar di daerah Buton, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku; bahkan sampai ke Malaysia dan Thailand. Sama seperti suku Mandar, suku Bajoe juga merupakan pelaut sejati. Pembahasan suku Bajoe ada pada tulisan 'Suku Bajoe Kab. Bone, Ras dari 3 Negara' yang telah diposting kabarkami.com sebelumnya.

Suku Luwu atau to Luwu (orang Luwu') merupakan suku tersendiri, meskipun banyak yang mengatakan mereka masuk klasifikasi suku Bugis. Kenapa? Mereka punya bahasa sendiri yang berbeda dengan bahasa Bugis, seperti bahasa Siko, Lubung, Wotu, Pajatabu, Mangkutana, Paraso, Siwa, dan Pamuna. To Luwu akan ada dibahas pada postingan yang lebih khusus.

Suku Kajang terdapat di Bulukumba. Mereka punya budaya sendiri dan bahkan sampai pada tata kelola masyarakat sendiri. Boleh disimpulkan seperti sebuah negara sendiri. Suku Kajang akan dibahas pada postingan yang lebih khusus.

Suku Selayar terdapat di pulau Selayar. Mereka punya bahasa sendiri yang mirip-mirip bahasa Makassar. Hidup masyarakat suku Selayar bergantung dari berkebun cokelat, sayur-sayuran, dan lainnya. Suku Selayar akan dibahas pada postingan yang lebih khusus.
Read the story >

PRODUKTIVITAS DAN MUTU

Rabu, 15 Juni 2011
Produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, dan peralatan serta waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk. Dalam perspektif normatif, pengertian produktivitas adalah kalau hari ini karyawan lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari sekarang.

Faktor-faktor pada tingkat makro yang dapat memengaruhi terjadinya produktivitas yang rendah meliputi:

(1) Kondisi Perekonomian : reit pajak yang rendah; tabungan dan investasi yang meningkat; regulasi yang berlebihan; tingkat Inflasi tinggi; fluktuasi ekonomi; harga energi tinggi; keterbatasan bahan baku; perlindungan berlebihan dan keterbatasan kuota; dan subsidi berlebihan yang menimbulkan inefisiensi.

(2) Kondisi Industri: kurangnya riset dan pengembangan dan regulasi antimonopoli berlebihan.

(3) Regulasi pemerintah: birokrasi panjang; produktivitas pemerintahan rendah; pemborosan pemerintah dan tingkat korupsi tinggi.

(4) Karakteristik Angkatan Kerja : standar pendidikan rendah; reit melek huruf rendah; etos kerja rendah; pergeseran ke sektor jasa; reit kriminal tinggi; pergeseran sistem nilai dan sikap.

Faktor-faktor mikro yang dapat memengaruhi terjadinya produktivitas yang rendah meliputi:

(1) Organisasi: pabrik-pabrik tua; mesin-mesin tua; kekurangan alat dan pabrik; riset dan pengembangan kurang dan kondisi fisik tempat kerja kurang nyaman.

(2) Manajemen : kurang perhatian terhadap mutu; kelebihan staf pegawai; spesialisasi pekerja yang berlebihan; kurang perhatian terhadap faktor-faktor manusia; perhatian terhadap isyu legal yang berlebihan; kurangnya perhatian pada persoalan merger; kurangnya perhatian terhadap pelatihan dan pengembangan Gaji eksekutif berlebihan,sementara gaji karyawan tidak memadai; resisten terhadap perubahan; penurunan perhatian terhadap risiko kerja; sikap bermusuhan terhadap serikat pekerja; dan manajemen kepemimpinan otoriter.

(3) Karyawan: lebih senang dengan waktu santai; resisten terhadap perubahan; tidak bangga pada pekerjaan; kekerasan karena alkohol dan obat-obatan terlarang; pengalaman kerja kurang; etos kerja yang kurang; rendahnya pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, sikap dan perilaku; kondisi kesehatan yang kurang; dan kemampuan berkomunikasi yang kurang.

Seperti halnya pada mutu produk, pengertian mutu SDM dapat dilihat dari sisi input karyawan, proses, output dan outcome. Semua sisi saling berhubungan. Beberapa kriteria untuk menilai produktivitas dan mutu meliputi:

Sisi Input

* Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi

* Sikap tentang mutu yang tinggi
* Ketrampilan kerja tinggi
* Pengalaman kerja luas
* Kesehatan fisik prima

Sisi Proses

· Jumlah kesalahan yang rendah : mendekati nol

· Jumlah karyawan yang keluar semakin rendah

· Waktu kerja lembur bertambah

· Ketidakhadiran karyawan semakin kecil

· Kerusakan atau kesalahan rendah

· Derajad respon tinggi

· Biaya produksi perunit yang rendah

· Kecermatan semakin tinggi

· Kelengkapan proyek semakin tinggi

Sisi Output

* Kepuasan konsumen yang semakin tinggi
* Peningkatan penjualan barang
* Penerimaan dari investasi semakin meningkat
* Output perkaryawan semakin tinggi
* Nilai rupiah penjualan semakin meningkat
* Keuntungan semakin besar

Sisi Outcome

* Pangsa pasar yang semakin besar
* Penghasilan dari setiap pangsa semakin besar
* Keluhan pelanggan pelanggan semakin kecil
* Semakin besarnya peluang karir karyawan
* Semakin besarnya peluang perusahaan untuk berkembang.

Dalam prakteknya mengukur hasil utama dari suatu proses penerapan tugas, fungsi dan tanggung jawab dari karyawan akan beragam sesuai dengan jenis produk perusahaan. Berikut ini diberikan beberapa contoh keragaman tersebut.

* Perusahaan perkebunan karet : jumlah dan kualitas produk, biaya, waktu, pelanggan (pengolahan sekunder),
* Perusahaan makanan : kualitas, output, biaya, waktu, staf dan pelanggan,
* Perusahaan pabrik mobil : nilai pemegang saham, mutu produk, mutu manusia, kepuasan pelanggan,
* Perusahaan angkutan darat : kualitas, biaya, ketepatan waktu, pelayanan bagi pelanggan, dan keselamatan,
* Perusahaan jaringan bisnis : kepemimpinan dan individu, kualitas, pelayanan bagi pelanggan, kemitraan, kerjasama tim.

Diadaptasi dari Tb Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis, 2007, Manajemen Mutu SDM, PT Ghalia Indonesia.
Read the story >

Arti Definisi / Pengertian Pemasaran Menurut Para Ahli - Ilmu Manajemen Pemasaran / Marketing Dasar

A. Pengertian Pemasaran Menurut WY. Stanton

Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.

B. Pengertian Pemasaran Menurut H. Nystrom

Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen.

C. Pengertian Pemasaran Menurut Philip dan Duncan

Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen.

D. Pengertian Pemasaran Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat / American Merketing Association

Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan usaha pedagangan yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Read the story >

ANGKATAN KERJA DAN TENAGA KERJA SEBAGAI SUMBER DAYA DALAM KEGIATAN EKONOMI

Pada saat kelas VII semester 2, kalian telah mempelajari berbagai macam faktor produksi, tenaga kerja termasuk dalam faktor produksi manusia. Tenaga kerja menjadi faktor yang sangat penting dalam proses produksi. Tanpa adanya tenaga kerja, proses produksi tidak bisa berjalan dengan lancar. Namun di sisi lain, tenaga kerja bisa menimbulkan berbagai masalah, antara lain jumlah pengangguran tinggi, jumlah angkatan kerja yang semakin meningkat, mutu tenaga kerja yang rendah, dan lain sebagainya. Masalah tersebut menjadi salah satu penghambat pembangunan nasional. Oleh karena itu perlu adanya peran pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai kondisi tenaga kerja beserta masalah dan upaya mengatasinya, kalian dapat membaca penjelasan berikut ini.
A. Ketenagakerjaan
1. Tenaga Kerja

Setiap hari kalian melihat orang tuamu bekerja. Mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga. Orang tua kalian yang bekerja disebut tenaga kerja. Lalu siapa saja yang termasuk dalam tenaga kerja? Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Jika ada saudara kalian yang sedang mencari pekerjaan, maka ia termasuk dalam angkatan kerja. Sedangkan golongan bukan angkatan kerja terdiri atas anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan kerja ini jika mereka mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan bukan angkatan kerja disebut juga angkatan kerja potensial.
b . Tenaga Kerja Jasmani

Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang dalam kegiatannya lebih banyak mencakup kegiatan pelaksanaan yang produktif dalam produksi. Tenaga kerja jasmani terbagi dalam tiga jenis yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih, dan tenaga kerja tidak terdidik.

1) Tenaga kerja terdidik (skilled labour) Tenaga kerja terdidik (skilled labour) adalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan tinggi. Misalnya guru, dokter, dan sebagainya.

2) Tenaga kerja terlatih (trained labour) Tenaga kerja terlatih (trained labour) adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan pengalaman terlebih dahulu. Misalnya sopir, montir, dan sebagainya.

3) Tenaga kerja tak terdidik (unskilled labour) Tenaga kerja tak terdidik (unskilled labour) adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan pelatihan ataupun pendidikan khusus. Misalnya kuli bangunan dan buruh gendong.

Image:contoh tenaga kerja.jpg
2. Angkatan Kerja

Berdasarkan contoh di atas, manakah yang termasuk angkatan kerja? Kedua contoh di atas termasuk angkatan kerja. Dengan demikian, angkatan kerja dapat didefinisikan sebagai penduduk yang berada dalam usia kerja yang bekerja ataupun belum bekerja namun siap untuk bekerja maupun sedang mencari pekerjaan.

Angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Penduduk yang bekerja adalah penduduk yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan. Adapun pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Pengangguran merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pemerintah. Jenis-jenis pengangguran dapat dilihat berdasarkan penyebab dan sifatnya. a. Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya Berdasarkan penyebabnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi pengangguran konjungtur, struktural, friksional, musiman, teknologi, dan voluntary. 1 ) Pengangguran konjungtur Pengangguran konjungtur (cyclical unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan produksi. Hal ini berarti jam kerja akan dikurangi, sebagian mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan. Akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak dapat bekerja lagi.
2 ) Pengangguran struktural

Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi. Misalnya terjadi pergeseran dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Akibatnya semakin banyak jumlah industri pengolahan, sedangkan kegiatan pertanian semakin berkurang. Bagi tenaga kerja di bidang pertanian yang tidak dapat bekerja di bidang industri karena keterbatasan keahlian akan menganggur. Pengangguran tersebut dinamakan pengangguran struktural.
3 ) Pengangguran friksional

Pengangguran jenis ini bersifat sementara dan terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dan lowongan kerja. Kesenjangan ini dapat berupa kesenjangan waktu, informasi maupun jarak. Pengangguran friksional bukanlah sebagai akibat dari ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Di dalam proses mencari kerja yang lebih baik adakalanya mereka harus menganggur. Masa mencari kerja/menganggur disebut dengan pengangguran friksional.

Image:menunggu panen.jpg
4 ) Pengangguran musiman

Pengangguran musiman adalah jenis pengangguran yang terjadi secara berkala, misalnya pengangguran pada saat selang musim tanam dan musim panen. Di sektor pertanian pekerjaan yang paling padat adalah pada saat musim tanam dan musim panen, sehingga saat selang antara musim tanam dan panen banyak terjadi pengangguran. Pengangguran jenis ini disebut pengangguran musiman.
5 ) Pengangguran teknologi

Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Misalnya dahulu petani mengolah sawah dengan tenaga manusia, namun sekarang diganti dengan tenaga traktor. Adanya penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin dapat menyebabkan pengangguran teknologi.
6 ) Pengangguran voluntary

Pengangguran voluntary terjadi karena ada orang yang sebenarnya masih dapat bekerja, namun dengan sukarela ia berhenti bekerja. Hal ini dapat terjadi karena ia telah mendapatkan warisan atau halhal lain yang membuat seseorang tidak perlu bekerja.
b . Jenis Pengangguran Berdasarkan Sifatnya

Pengangguran berdasarkan sifatnya terdiri atas pengangguran terbuka, setengah menganggur, dan pengangguran terselubung.
1 ) Pengangguran terbuka

Pengangguran terbuka adalah angkatan kerja yang benar-benar tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran jenis ini terjadi karena kurangnya lapangan pekerjaan, tidak mau bekerja, atau adanya ketidakcocokan antara lowongan pekerjaan dengan latar belakang pendidikan.
2 ) Setengah menganggur

Setengah menganggur adalah angkatan kerja yang bekerja di bawah jam kerja normal. Ada juga yang mendefinisikan setengah menganggur sebagai angkatan kerja yang kurang dari 35 jam seminggu.
3 ) Pengangguran terselubung

Pengangguran terselubung adalah angkatan kerja yang bekerja tidak optimal sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja. Misalnya Pak Nyoman membuka usaha bengkel sepeda motor. Pak Nyoman dibantu oleh 1 orang anaknya. Sebenarnya tenaga kerjanya sudah cukup. Namun ada anak pamannya belum bekerja, maka ia ikut membantunya. Anak pamannya Pak Nyoman disebut pengangguran terselubung.
c . Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja adalah jumlah lapangan kerja yang tersedia bagi masyarakat. Kesempatan kerja ini erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan-perusahaan dalam menyediakan atau menyerap tenaga kerja. Semakin banyak jumlah kesempatan kerja yang tersedia semakin banyak tenaga kerja yang terserap (dipekerjakan). Di Indonesia masalah kesempatan kerja ini dijamin dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Berdasarkan bunyi UUD 1945 pasal 27 ayat (2) di atas, jelas bahwa pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas penciptaan kesempatan kerja serta perlindungan terhadap tenaga kerja. Hal ini dimaksudkan agar melalui pekerjaannya setiap warga negara dapat hidup layak. Kesempatan kerja disebut juga lowongan pekerjaan. Pernahkah kalian membaca koran atau informasi lain mengenai lowongan kerja/kesempatan kerja? Informasi mengenai tersedianya kesempatan kerja pada suatu sektor kegiatan ekonomi dapat diperoleh melalui orang per orang, melalui iklan di surat kabar atau majalah, atau dapat juga diperoleh melalui Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Meskipun jumlah lowongan kerja yang kalian lihat di koran atau majalah jumlahnya banyak, namun hal itu belum mampu menampung semua angkatan kerja yang membutuhkan pekerjaan. Hal itu disebabkan karena jumlah pencari kerja jauh lebih banyak dibanding lowongan pekerjaan yang tersedia.
B. Masalah Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja di Indonesia

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Akan tetapi tenaga kerja juga dapat menjadi faktor penghambat apabila tenaga kerja yang ada mendatangkan berbagai macam masalah. Ketenegakerjaan di Indonesia masih kurang optimal dalam mendorong pembangunan ekonominya. Masih banyak permasalahan dalam dunia ketenegakerjaan di Indonesia. Berikut ini berbagai bentuk masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi oleh pemerintah.
1. Tingkat Pengangguran yang Tinggi

Pengangguran merupakan salah satu masalah tenaga kerja yang berpengaruh besar bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia jumlah angka pengangguran selalu mengalami peningkatan. Hal ini karena disebabkan oleh beberapa faktor. Pengangguran dapat terjadi pada saat pertambahan jumlah penduduk lebih besar daripada pertambahan lapangan kerja. Akibatnya tidak semua penduduk produktif dapat ditampung oleh lapangan kerja yang ada. Orang-orang yang tidak bisa bekerja ini akan menjadi pengangguran. Terjadinya pengangguran juga disebabkan karena rendahnya kualitas tenaga kerja. Mereka tidak mampu bersaing dengan tenaga kerja yang memiliki kualitas yang lebih baik. Akibatnya orang-orang yang mempunyai kualitas rendah akan menganggur. Selain itu masalah pengangguran juga dapat disebabkan karena lowongan kerja yang ada tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Orang-orang yang mempunyai latar belakang berbeda dengan yang diharapkan perusahaan, tidak dapat bekerja. Akibatnya pengangguran bertambah. Kondisi perekonomian yang tidak baik juga dapat menjadi pemicu terjadinya pengangguran. Terjadinya krisis ekonomi menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan atau industri yang gulung tikar (bangkrut). Banyak tenaga kerja yang diberhentikan dari pekerjaannya. Orang-orang inilah yang kemudian menambah jumlah angka pengangguran. Tingginya jumlah pengangguran di Indonesia dapat menimbulkan berbagai dampak negatif baik bagi masyarakat maupun bagi negara. Berikut ini beberapa dampak dari pengangguran.

a. Tingkat kesejahteraan menurun.

b. Angka kriminalitas (kejahatan) meningkat, misalnya pencurian, penjambretan, dan penodongan.

c. Kualitas hidup menurun, dengan ditandai lingkungan yang kotor (tidak sehat).

d. Produktivitas masyarakat menurun.

e. Menurunnya tingkat kesehatan dan kekurangan pangan.

f. Peningkatan jumlah anak jalanan, kaum gelandangan, pengamen di tempat-tempat umum, dan lain sebagainya.

g. Menurunnya pendapatan negara dari penerimaan pajak penghasilan.

h. Bertambahnya biaya sosial negara.
2. Meningkatnya Angkatan Kerja

Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Semakin besar jumlah penduduk maka angkatan kerja jadi semakin besar. Hal itu dapat menjadi beban tersendiri bagi perekonomian. Mengapa demikian? Karena jika meningkatnya angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan bertambahnya lapangan kerja akan menyebabkan masalah pengangguran. Orang-orang yang menganggur ini secara otomatis tidak akan memperoleh penghasilan. Akibatnya untuk memenuhi kebutuhan pun mereka tidak bisa. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kesejahteraannya menurun. Hal tersebut sangat berlawanan dengan harapan pemerintah, yaitu semakin banyaknya jumlah angkatan kerja diharapkan dapat menjadi pendorong pembangunan ekonomi.
3. Mutu Tenaga Kerja yang Rendah

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berpendidikan rendah dengan keterampilan dan keahlian yang kurang memadai, sehingga belum memiliki keterampilan dan pengalaman untuk memasuki dunia kerja. Dengan demikian mutu tenaga kerja di Indonesia tergolong rendah. Mutu tenaga kerja yang rendah mengakibatkan kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas. Keterampilan dan pendidikan yang terbatas akan membatasi ragam dan jumlah pekerjaan.
d . Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata

Persebaran tenaga kerja di Indonesia tidak merata. Di daerah Pulau Jawa tenaga kerja menumpuk sementara di luar Pulau Jawa kekurangan tenaga kerja. Kondisi tersebut dapat menimbulkan dampak bahwa di Pulau Jawa banyak pengangguran, sedangkan di luar Pulau Jawa pembangunan akan terhambat karena kekurangan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya alam yang ada.
C. Peran Pemerintah Menanggulangi Masalah Ketenagakerjaan

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia cukup banyak dan menyangkut berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, dan lain sebagainya. Hal ini perlu penanganan yang serius dari pemerintah ataupun swasta. Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan.
1. Meningkatkan mutu tenaga kerja

Pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu tenaga kerja dengan cara memberikan pelatihanpelatihan bagi tenaga kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan dan produktivitas tenaga kerja. Dengan adanya pelatihan kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja luar negeri.
2. Memperluas kesempatan kerja

Pemerintah berupaya untuk memperluas kesempatan kerja dengan cara berikut ini.

a. Mendirikan industri atau pabrik yang bersifat padat karya.

b. Mendorong usaha-usaha kecil menengah.

c. Mengintensifkan pekerjaan di daerah pedesaan.

d. Meningkatkan investasi (penanaman modal) asing.

3. Memperluas pemerataan lapangan kerja Pemerintah mengoptimalkan informasi pemberitahuan lowongan kerja kepada para pencari kerja melalui pasar kerja. Dengan cara ini diharapkan pencari kerja mudah mendapatkan informasi lowongan pekerjaan.

4. Memperbaiki sistem pengupahan Pemerintah harus memerhatikan penghasilan yang layak bagi pekerja. Untuk itu pemerintah menetapkan upah minimum regional (UMR). Dengan penetapan upah minimum berarti pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan.
Read the story >

Pendapatan adalah

Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992 : 180) mengemukkan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sedangkan menurut Winardi (1992 : 171) pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan pendapatan jasa adalah nilai dari seluruh jasa yang dihasilkan suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam akuntansi pendapatan dan beban dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal bank selama satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan tidak secara langsung berasal dari kontribusi penanaman modal.
Jopie Yusuf (1992 : 39) mengemukakan bahwa jasa-jasa bank terdiri dari : kliring, inkaso, penyewaan save deposit box (kotak penyimpan), eksport-import (L/C), jual beli uang kertas asing, jual beli travellers cheque, spat transaction serta forward transaction. Lima jasa yang disebutkan terakhir hanya dapat dilakukan oleh Bank Devisa karena berhubungan dengan transaksi valuta asing. Oleh karena itu dalam penelitian ini hanya akan dijelaskan empat jenis jasa yang disebutkan pertama, yaitu :
1. Kliring
Simorangkir (1998 : 141) mengemukakan bahwa kliring adalah tata cara perhitungan utang piutang dalam bentuk surat-surat dagang dan surat-surat berharga antara bank-bank peserta kliring dengan maksud agar perhitungan utang piutang tersebut terselnggarakan secara mudah, cepat dan aman.
Proses perhitungan tersebut diatur oleh suatu lembaga yang berada dibawah Bank Indonesia yang disebut Lembaga Kliring dan diselenggarakan oleh bank Indonesia atau bank yang di tunjuk oleh Bank Indonesia bila pada wilayah tersebut tidak terdapat cabang Bank Indonesia.
2. Inkaso
Yopie Yusuf (1992 : 48) mengemukakan bahwa inkaso adalah penagihan warkat-warkat kliring yang terdapat diluar wilayah kliring bank yang bersangkutan. Misalnya si A adalah nasabah bank X Bandung. Ia menerima warkat kliring (cek / BG) dari bank di luar Bandung, maka nasabah tersebut menginkasokan warkatnya. Dengan menggunakan fasilitas inkaso ini nasabah tidak perlu menagih sendiri,pihak yang tertagih yang berada diluar wilayah kliring tempat ia berada, tetapi cukup dengan menyerahkan warkat yang akan ditagih tersebut ke bank X
3. Transfer
Yopie Yusuf (1992 : 54) mengemukakan bahwa transfer adalah jasa pelayanan bank kepada masyarakat untuk mengirimlkan sejumlah uang dalam bentuk rupiah atau valuta asing yang ditujukan kepada pihak lain (perusahaan, lembaga atau perorangan) disuatu tempat (dalam/luar negeri) sesuai dengan permintaan pengirim.
4. Safe Deposit Box
Safe deposit box adalah kotak yang disewakan oleh bank kepada nasabah sebagai tempat penyimpanan barang atau surat-surat berharga. Kotak ini terbuat dari bahan tahan api dan ledakan (sampai kekuatan tertentu).

Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2061554-pengertian-pendapatan/#ixzz1PJqYq3al
Read the story >

Tips Membuat Skala Likert

Selasa, 14 Juni 2011
Skala Likert dikembangkan oleh Rensis Likert (1932). Dikenal juga dengan nama skala sikap. Skala Likert merupakan skala yang paling banyak dipakai dalam inventori kepribadian karena bentuknya yang simpel dan mudah dalam penggunaannya serta tidak sulit dalam melakukan skoring.Namun demikian, diperlukan kaidah-kaidah tersendiri dalam membuat item pada skala likert. Dibawah ini beberapa tips untuk membuat skala likert.
1. Buat item dengan singkat, padat, dan simpel. Tidak lebih dari 20 kata dalam sebuah pernyataan.
2. Hindari terjadinya makna ganda.
3. Satu pernyataan hanya terdiri dari satu ide tunggal.
4. Hindari pernyataan yang tidak mungkin dipilih oleh seorangpun atau sebaliknya.
5. Hindari terjadinya double negative dalam satu pernyataan.
6. Hindari penggunaan kata yang tidak dipahami oleh responden yang dituju
Read the story >

Cara membuat daftar isi di word 2007

Untuk membuat daftar isi di word 2007, maka perlu dilakukan setting atau pengaturan pada tab (tabulasi) sehingga hasilnya bisa terlihat rapi. Anda bisa membuat tabilasi (tab) dua bagian, bagian pertama untuk diisi dengan leader titik-titik, dan tabulasi kedua diisi dengan nomor halaman.

Untuk membuat daftar isi pada word 2007 lakukan prosedur berikut:

1.Pada horizontal ruler klik ,aktifkan dua tabulasi tergantung kebutuhan (jika aktif ditandai dengan tanda siku)

2. Ketik halaman judul,
selanjutnya klik kanan pada lembar kerja, pilih Paragraph...



3. Pilih Tabs...


4.Pilih 14,76 pada "Tab stop position" (sesuaikan dengan tab stop yang anda buat)
Pada bagian leader pilih 2......
Klik Set
OK

5. setelah kursor berada di bagian belakang halaman judul, tekan spasi (di keyboard)
akan muncul gairs titik-titik
tekan spasi sekali lagi akan pindah ke tab stop berikutnya, ketik nomor halaman
tekan enter untuk pindah baris

6. Ketik halaman pengesahan,letakkan kurso di bagian belakang halaman pengesahan, tekan spasi 2 kali seperti pada langkah 5

7. lakukan langkah 5 berulang pada baris berikutnya, hasilnya akan tampak seperti di bawah ini
Read the story >

Cara Mengaktifkan / Aktivasi Jaringan GPRS GSM pada Simpati, Kartu As dan Kartu Halo Telkomsel - Operator Seluler

Minggu, 12 Juni 2011

GPRS adalah general pocket radio service, salah satu fitur data transfer dari penyedia jaringan seluler yang memungkinkan anda untuk berselancar di dunia maya tanpa harus menggunakan kabel dan alat piranti keras lainnya. Cukup dengan telepon selular yang anda miliki anda bisa langsung terkoneksi ke dunia maya dengan melakukan setting pengaktifan terlebih dahulu tentunya.
Syarat Pengaktifan dan Penggunaan GPRS
- Menggunakan handset / hp yang bisa gprs
- Ada software browser html / wap pada ponsel anda atau di koputer pc atau laptop jika anda menyambungkannya ke komputer.
- Kartu anda dalam keadaan aktif tidak tenggang atau grace period.
- Bagi simpati memiliki sisa pulsa minimal Rp. 500,-
- Berada di wilayah yang dijangkau fitur GPRS
A. Langkah / Tahap Aktifasi GPRS pada Kartu Halo
1. Mengirim SMS ke 6616 dengan pesan sebagai berikut :
Ketik : GPRS
Keterangan : Dikenakan tarif Rp 250 sekali kirim
2. 2 Kali Mendapatkan SMS Konfirmasi dari Server Telkomsel
Tunggu beberapa saat, anda akan menerima konfirmasi sms bahwa aplikasi gprs anda sedang diproses dan membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 48 jam atau dua hari. Setelah gprs aktif pada server, anda akan kembali mendapat notifikasi sms kedua yang menyatakan gprs anda sudah aktif.
3. Lakukan seting gprs di ponsel anda dengan parameter umum :
- Connection Name : APN Telkomsel
- Data Bearer : GPRS
- Access Point Name : telkomsel
- Username : wap
- Prompt Password : No
- Password : wap123
- Authentication : Normal
- Gateway IP address : 10.1.89.130
- Homepage : http://wap.telkomsel.com
- Connection Security : Off
- Session Mode : Permanent
B. Langkah / Tahap Aktifasi GPRS pada Kartu Simpati dan Kartu As
1. Mengirim SMS ke 6616 dengan pesan sebagai berikut :
Ketik : GPRS[spasi]nomor ICCID (Integrated Circuit Card Identification) di belakang sim card simpati anda
Contoh : GPRS 6210001234567890
Keterangan : Dikenakan tarif Rp 350 sekali kirim
2. 2 Kali Mendapatkan SMS Konfirmasi dari Server Telkomsel
Tunggu beberapa saat, anda akan menerima konfirmasi sms bahwa aplikasi gprs anda sedang diproses dan membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 48 jam atau dua hari. Setelah gprs aktif pada server, anda akan kembali mendapat notifikasi sms kedua yang menyatakan gprs anda sudah aktif.
3. Lakukan seting gprs di ponsel anda dengan parameter umum :
- Connection Name : APN Telkomsel
- Data Bearer : GPRS
- Access Point Name : telkomsel
- Username : wap
- Prompt Password : No
- Password : wap123
- Authentication : Normal
- Gateway IP address : 10.1.89.130
- Homepage : http://wap.telkomsel.com
- Connection Security : Off
- Session Mode : Permanent
Selamat mencoba dan semoga berhasil
---
Tips :
Dengan GPRS anda bisa melakukan banyak hal. Temukan hal-hal yang menarik dari GPRS pada fitur search di sebelah kiri :)
Read the story >

curriculum vitae

Kamis, 09 Juni 2011

DAFTAR ISI
COVER
IJAZAH DAN TRANSKRIP AKADEMIK:
1.     S-1 Arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
2.     S-2 Arsitektur Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
SERTIFIKAT PELATIHAN
SERTIFIKAT KURSUS PENDIDIKAN NON FORMAL
SERTIFIKAT SEMINAR DAN LOKAKARYA
SURAT KETERANGAN PENGALAMAN KERJA FORMAL:
1.    PT. Artha Demo Engineering Consultant, Bandung, Provinsi Jawa Barat.
2.       Java Reconstruction Fund (JRF) – Kementrian Pekerjaan Umum, Dirjen Ciptakarya, PBL, Provinsi D.I. Yogyakarta.
3.     Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK), ND-PNPM, Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.
4.    PT. Arss Baru, Provinsi D.I. Yogyakarta.
5. Asisten Dosen Studio Perancangan Arsitektur V, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
SURAT KETERANGAN MAGANG/ KERJA PRAKTEK PENGHARGAAN
SERTIFIKAT KETERAMPILAN LAIN
KETERANGAN LAIN
Read the story >

Entri Populer

tempat iklan
Grab this Widget ~ Blogger Accessories
 
bottom