KEBUTUHAN HIDUP MANUSIA: SUATU PEMENUHAN

Rabu, 16 Juni 2010
  1. Setiap mahluk hidup memiliki kebutuhan dasar yg dipenuhi oleh ketersedlaan SUMBERDAYA dalam lingkungannya.
  2. SUMBERDAYA EKOLOGIS: segala sesuatu dalam lingkungan (ekosistem) yg dibutuhkan oleh suatu organi$me untuk bertahan hidup, tumbuh & berkembang biak secara normal. makanan, air, udara, perlindungan).
  3. SUMBERDAYA EKONOIIIS: segala sesuatu yg diperolah dari lingkungan (ekosistem) untuk memenuhl kebutuhan & keinginan manusia.(makanan, alr, udara, perlindungan, barang-barang hasil produksi,transportasi, komunikasi & rekreasi)
Kebutuhan primer manusia yg terutama dipenuhi olch sumberdaya hayati.
  1. Pangan : Kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamln, & mineral dalam makanan. Kalori yg dibutuhkln / orang minimal 2500 kkal per hari. Dl Indonesla kebutuhan pangan 90% (tumbuhan), 396 (hewan darat),& 7 (ikan). masalah ketersediaan pangan berhubungan erat dengan tekanan penduduk serta sangat rumit karena interaksi berbagai faktor: perkembangan ekonomi, tingkat kcmiskinan, penyebaran sumberdaya (makanan) yang tidak merata, iklim (kekeringan), & gejolak politis. Pemasalahan keterbatasan akses kepada persediaan disamping kekurangan pangan, kekurangan gizi (malnourished), kekurangan makanan (undernourished), kelebihan makanan (overnourished), & kelaparan (famine ).
  2. Sandang
  3. Papan
Read the story >

DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN MANUSIA

Kamis, 10 Juni 2010
Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini ada tiga istilah yang masih saling berkaitan, yaitu "Lingkungan, Ekosistem, dan Kualitas Hidup", banyak digunakan untuk melukiskan isu-isu patriotisme yang dapat menggu¬gah emosi. Istilah-istilah ini jarang didefinisikan, barangkali karena makna-makna "kamusial" seperti itu tidak cukup mencerminkan gema simbo¬liknya secara memadai. Kita tidak akan berhenti dengan tradisi seperti ini, tetapi para pembaca buku ini akan diarahkan oleh konsteks di dalam mana istilah-istilah tersebut digunakan; misalnya saja akan dibuat refer¬ensi-referensi bagi lingkungan fisik, biologi, dan sosial-ekonomi. Pada pokoknya kita akan memu-satkan perhatikan pada lingkungan bio-geofisik, dan pengaruh-pengaruh kegiatan manusia terhadapnya

Dalam kondisi tidak ada manusia sekalipun, lingkungan alami pasti mengal¬ami perubahan-perubahan secara kontinyu. Hal ini mungkin saja berlang-sung dalam jangka waktu ratusan juta tahun, seperti misalnya terangkat¬nya kontinental dan pembentukan gunung api; atau dalam jangka waktu puluhan ribu tahun seperti Jaman Es dan perubahan per-mukaan air laut yang menyertainya; atau dalam jangka waktu ratusan tahun seperti halnya eutrofikasi alami dan siltasi danau-danau dangkal; atau bahkan dalam jangka waktu beberapa tahun, seperti kalau koloni binatang "beaver" mengubah lahan kering menjadi rawa-rawa. Sebagian dari perubahan-peruba¬han alami tersebut bersifat tidak dapat balik (irreversible) seperti eutrofikasi danau, sedangkan lainnya bersifat siklis seperti siklus klimatik tahunan, atau transien seperti kekeringan

Bersamaan dengan perubahan-perubahan lingkungan secara alami tersebut juga terjadi perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Bahkan pada tingkat budaya masyarakat pemburu dan pengumpul hasil hutan, penggunaan api telah memodifikasi beberapa lingkungan alami. Kemudian dengan domestikasi hewan dan introduksi pertanian, efek-efek dari kegia¬tan-kegiatan ini menjadi lebih luas, terutama kalau semakin banyak manu-sia yang terlibat. Laju perubahan tersebut meningkat dengan berkem-bang¬nya industri karena tenaga otot digantikan dengan enerji yang berasal dari bahan bakar fosil hingga beberapa dekade terakhir ini. Dampak manusia telah mencapai intensitas yang tidak diharapkan dan mempengaruhi seluruh dunia, karena jumlah penduduk meningkat dengan pesat dan konsumsi setiap kapita yang lebih tinggi
Read the story >

III. SKALA KEPENTINGAN DALAM PENDUGAAN DAMPAK LINGKUNGAN

Jumat, 04 Juni 2010
Hasil-hasil dari program pembangunan wilayah yang luas (stasiun pembangkit, bendungan, jalan raya, dsb.) harus dievaluasi pada tiga skala waktu :

a). Selama Masa Konstruksi, lingkungan terganggu oleh per alatan berat pembongkar tanah, kemah-kemah dan jalan-jalan sementara untuk kerja proyek. Bagi penduduk setempat, kualitas hidup terganggu oleh adanya debu dan kebisingan serta oleh adanya konflik-konflik sosial.

(b). Setelah selesainya pembangunan proyek, rumput dan pe pohonan dita-nam kembali, dan jalan-jalan dipadatkan. Tetapi jelas bahwa lingkungan baru telah tercipta sebagai konsekwensi dari penggenangan lembah, diversi sungai, relokasi jalur lalulintas atau pelepasan secara rutin bahan polutan ke dalam udara dan air.

(c). Selama periode beberapa dekade, pembangunan proyek dapat menarik industri sekunder, dapat menyebabkan peningkatan populasi secara signifi-kan, dan dapat menim-bulkan berbagai kegiatan manusia yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Setelah 50 tahun, pada saat struktur-struktur orisinil mungkin telah musnah, modifikasi lingkungan regional tampaknya jauh lebih penting daripada yang dibayangkan oleh pemrakarsa proyek.

Pada kenyataannya hasil-hasil dari beberapa usulan proyek legislaitf (misalnya rencana untuk melarang penjualan pestisida) tidak dapat dibagi- bagi menjadi babakan-babakan waktu diskrit seperti di atas. Strategi pengelolaan lingkungan yang akan melibatkan dampak jangka panjang jelas menantang proses-proses pengambilan keputusan secara tradisional. Basis-basis politis dan ekonomis dari suatu kegiatan dieva¬luasi terhadap pengaruh-pengaruh jangka pendek dan menengah dari pasar. Di sini analisis biaya-manfaat didasarkan pada suku-bunga yang berhubun¬gan dengan biaya investasi kapital saat sekarang, yang dimodifikasi untuk memperhitungkan ketidak-pastian dan resiko, sehingga skala waktu¬nya 10-15 tahun. Sistem ekonomi bertujuan untuk memaksimumkan manfaat jangka pendek; pertimbangan ekologi menunjukkan cara-cara untuk memini¬mumkan resiko jangka panjang.

Disamping skala-skala waktu yang dijelaskan di atas, ada beberapa skala ruang yang harus diperhatikan, yaitu

(a). Ruang sekitarnya, misalnya di dalam batas pagar pabrik, atau di dalam daerah yang dirancang untuk pengendalian pestisida.

(b). Wilayah; misalnya daerah muara dari bendungan besar atau cerobong yang tinggi.

c). Benua dan dunia.
Read the story >

RESPONS MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN

Walaupun banyak minat tentang lingkungan hidup manusia yang memuncak dalam konferensi internasional tentang Lingkungan Hidup manusia tahun 1972 di Stockholm masih relatif baru, namun sebenarnya telah berlangsung sejarah yang panjang tentang respons praktis terhadap berbagai macam gangguan-gangguan lingkungan hidup. Meskipun sebagian masya rakat perta¬nian kuno tampaknya telah mengalami penderitaan yang diakibatkan oleh masalah erosi dan salinisasi, namun yang lainnya telah berhasil mengem-bangkan pertanian berterras yang sangat produktif. Penterasan, pengo¬lahan menurut garis kontur dan banyak praktek budidaya lainnya telah diadopsi dalam waktu yang lama untuk melestarikan sumber daya tanah dan air.

Pengelolaan lingkungan hidup pada hakekatnya merupakan upaya terpadu dalam hal-hal:
1. Pemanfaatan
2. Pengaturan
3. Pemeliharaan
4. Pengawasan
5. Pengendalian
6. Penyelamatan, dan
7. Pengembangan, lingkungan hidup


Pengelolaan lingkungna hidup merupakan suatu kesatuan mental dan upaya manusia untuk:
1. Mengidentifikasi
2. Mengorganisasi
3. Mengklasifikasi
4. Menganalisis, dan
5. Mengevaluasi, sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna mengambil keputusan berbuat paling tepat bagi manfaat manusia yang berkesinambungan
Read the story >

2.1. Di Negara Sedang Berkembang


Pada bagian ini akan dibahas perbandingan beberapa macam dampak lingkungan  yang penting di negara-negara sedang berkembang dengan yang terjadi di negara industri, meskipun tidak diadakan pembedaan yang tegas di antara keduanya. Walaupun telah diketahui ada pengaruh-penga­ruh negatif terhadap lingkungan sebagai akibat dari intervensi manusia, namun pada kenyataannya pembangunan diperlukan untuk memper­baiki kesejahteraan sosial dan ekonomi masya rakat.  Kualitas hidup tidak dapat diperbaiki tanpa perkembangan ekonomi, dengan menjamin penyediaan  pangan dan jasa-jasa esensial di daerah-daerah yang laju pertumbuhan penduduknya tinggi. 

Masalah yang sangat penting di daerah pembangunan ialah bagaimana penggu­naan lahan dan sumberdaya alam lainnya dengan sebaik-baiknya, tanpa mengakibatkan kerusakan atau degradasi yang disebabkan oleh proses- proses seperti pemupukan, pestisida, erosi, perkembangan gurun, atau meluasnya penyakit-penyakit yang berpangkal dari air dan perairan seperti tipus, desentri, hepatitis, dan cacing sistosomiasis. Kultivasi lahan secara berpindah, yang merupakan praktek umum di berbagai penjuru daerah tropika basah, dapat digunakan sebagai teladan ilustratif. Praktek seperti ini apabila tersedia cukup waktu akan memungkinkan ber­langsungnya regenerasi hutan, sehingga memungkinkan pemeliharaan dan pemulihan kesuburan tanah.  Pada masa lalu, faktor-faktor alami (budaya tabu, pandangan dan pola hidup tradisional, gangguan penyakit dan perang) telah berhasil mempertahankan keseimbangan sistem alami.  Akan tetapi dengan ditemukannya obat-obat modern dan nilai-nilai sosial yang baru, laju pertumbuhan penduduk telah meningkat pesat, rasio antara luas lahan dengan populasi penduduk telah menurun dan kondisi keseimbangan orisinal telah terganggu sedemikian rupa sehingga siklus kultivasi tidak memung­kinkan lagi pemulihan kesuburan tanah secara memadai.  Dalam banyak kasus bahkan tidak ada periode pemulihan kesuburan tanah, dan daerah-daerah yang sangat luas telah ditumbuhi oleh vegetasi sekunder dan telah menjadi tidak sesuai lagi untuk penggunaan pertanian

Faktor lain yang telah mempersulit praktek pertanian berpindah ialah bahwa lahan-lahan luas yang secara tradisional dikuasai dan dimiliki oleh penduduk telah diambil alih pemerintah untuk memproduksi kayu hutan atau dikonversi menjadi daerah perkebunan.  Praktek-praktek seperti ini telah ikut menyebabkan lebih rendahnya rasio luas lahan pertanian dengan pupulasi penduduk.  Teknik-teknik pertanian "modern"  yang menggunakan jenis-jenis unggul serealia dan subsidi enerji pupuk dan pestisida telah mmenghancurkan struktur desa-desa tradisional karena terjadinya perubahan distribusi kesejahteraan.  Penduduk yang tidak mempunyai lahan terusir dari desa dan bermigrasi menuju kota-kota besar atau mendaki pegunungan.  Di kota-kota besar para imigran ini telah memperparah masalah pembuangan dan pengelo­laan limbah, penyediaan air bersih, kekurangan perumahan dan penganggu­ran.  Di pegunungan,  mereka telah menebang hutan untuk dipanen hasil kayunya dan dijual, serta membuka lahan-lahan baru untuk digarap; lahan- lahan marjinal ini yang biasanya terletak pada lereng yang curam telah digarap tanpa memperhatikan teknik-teknik konservasi tanah, sehingga erosi telah terjadi secara intensif dan mengakibatkan kemerosotan produk­tivitas tanah; disamping itu, perubahan-perubahan pada  pola aliran air dan siltasi juga telah membahayakan keletarian berbagai bangunan esensial di daerah aliran sungai.

Problem lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang jelas berkai­tan dengan pembangunan yang tidak seimbang.  Transfer teknik-teknik yang sekarang digunakan di negara-negara maju belum tentu merupakan cara terbaik untuk mengatasi problematik tersebut.
Read the story >

Entri Populer

tempat iklan
Grab this Widget ~ Blogger Accessories
 
bottom