HUBUNGAN ANTARA RANCANGAN PROGRAM , KEMAMPUAN WIDYAISWARA, DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DENGAN EFEKTIFITAS DIKLAT GURU SEKOLAH DASAR DI LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN BALI.

Rabu, 30 November 2011
Oleh: Arnawa, I Wayan (Pembimbing : Prof. Dr. Gde Anggan Suhandana, Prof. Dr. I Nyoman Natajaya, M.Pd)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) hubungan antara rancangan program dengan efektivitas diklat guru sekolah dasar di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali, (2) hubungan antara kemampuan widyaiswara dengan efektifitas diklat guru sekolah dasar di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali, (3) hubungan antara motivasi belajar peserta dengan efektifitas diklat guru sekolah dasar di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali, dan (4) hubungan bersama-sama antara rancangan program, kemampuan widyaiswara, dan motivasi belajar peserta dengan efektifitas diklat guru sekolah dasar di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru sekolah dasar peserta diklat di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali yang berjumlah 90 orang. Sesuai dengan tabel Krejcie dan Morgan banyaknya sampel diambil berjumlah 73 orang dengan teknik simple random sampling dengan undian. Penelitian ini menggunakan rancangan ex-post facto. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara rancangan program dengan efektivitas diklat guru sekolah dasar di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali dengan kontribusi sebesar 44,90 % dan sumbangan efektif sebesar 14,90 %, (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan widyaiswara dengan efektivitas diklat guru sekolah dasar di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali dengan kontribusi sebesar 35% dan sumbangan efektif sebesar 14,90%, (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan efektifitas diklat guru sekolah dasar di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali dengan kontribusi sebesar 25,50% dan sumbangan efektif sebesar 13,30%, dan (4) terdapat hubungan yang positif dn signifikan secara bersama-sama antara rancangan program, kemampuan widyaiswara, motivasi belajar peserta dengan efektifitas diklat guru sekolah dasar di lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali dengan kontribusi sebesar 52,70 %.
Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara rancangan program, kemampuan widyaiswara, dan motivasi belajar dengan efektifitas diklat guru sekolah dasar di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali secara terpisah maupun simultan. Dengan demikian,
ketiga faktor tersebut dapat dijadikan prediktor tingkat kecendrungan efektifitas diklat guru sekolah dasar di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Bali. Dalam setiap penyelenggaraan diklat, lembaga pengelola diklat harus mampu mendorong peningkatan penyusunan rancangan program diklat yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan, peningkatan kemampuan dan kompetensi widyaiswara, serta mendorong peningkatan motivasi belajar peserta diklat.
Read the story >

BAB 5 ANALISIS DESKRIPTIF

Rabu, 16 November 2011
BAB 5
ANALISIS DESKRIPTIF
Statistika deskriptif merupakan bagian dari statitika yang mempelajari alat, teknik, atau prosedur yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data atau hasil pengamatan. Data yang dikumpulkan tersebut perlu disajikan supaya mudah dimengerti, menarik, komunikatif, dan informatif bagi pihak lain. Beberapa teknik yang akan dibahas disini meliputi ukuran gejala pusat, ukuran keragaman, penyajian dalam bentuk tabel dan grafik. Bentuk-bentuk penyajian data tersebut secara umum dibagi dalam dua aspek, yaitu (1) penyiapan data yang mencakup proses editing, pengkodean, dan pemasukkan data, serta (2) analisis pendahuluan meliputi pemilahan, pemeriksaan, dan penyusunan data sehingga diperoleh gambaran, pola, dan hubungan yang lebih bermakna.
5.1. FORMAT PEMASUKKAN DATA
Pemasukkan data merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum proses analisis data. Perkembangan teknologi komputer mempunyai peranan besar dalam mempermudah proses pemasukkan data. Beberapa metode pemasukkan data mulai dari sistem manual sampai ke penggunaan teknologi yang lebih maju, dapat dilihat pada Gambar berikut.
Handsort Instruments Editing Coding Cards Sorting
tabulation
Calculator
statistical
analysis
Keypunch Instruments Editing Coding Keypunch Card
reader
Computer
statistical
analysis
Keyboard
entry Instruments Editing Coding Keyboard
entry
Computer
statistical
analysis
Keyboard entry
with precoded
instrument
Precoded Keyboard
Instrument Entry
Editing if Editing if
necessary necessary
Computer
statistical
analysis
Optical scan;
Real time keyboard
entry;
uploads fromPC;
telephone keypad;
bar code; voice
recognition
Precoded Data
Instrument Entry
Editing if
necessary
Computer
statistical
analysis
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
50
Metode pamasukkan data yang akan digunakan dalam menganalisis data disini adalah
metode ke 3 dan ke 4, yaitu melalui papan ketik (keyboard) dengan menggunakan perangkat
lunak SPSS.
SPSS
Data Editor
Pemasukkan data pada SPSS dilakukan melalui Data Editor dengan tata letak sebagai
berikut:
Kasus (cases) Nama Variabel
VAR VAR VAR VAR
1
2
3
4
5
Sel (cell)
Pendefinisian Variabel (data)
Menu : DATA DEFINE VARIABLE
Manu ini digunakan untuk mendefinisikan varibel yang meliputi nama atau atribut-atribut
variabel yang akan diproses. Menu Define Variable ini tersedia jika Data editor sedang
aktif. Beberapa Atribut-atribut variabel yang bisa didefinisikan meliputi:
Variable name Mengisi atau merubah nama variabel sepanjang 8 karakter
Type Tpe variabel meliputi Numeric, Comma, Dot, Scientific notation,
Date, Dollar, Custom currency, dan String
Width Lebar digit atau karakater data
Decimal places Jumlah angka desimal
Variable label Label variabel, biasanya konsep atau definisi lengkap dari variabel
Value, Value label Keterangan atau konversi nilai sel yang sering digunakan untuk skala
pengukuran nominal dan ordinal
Data editor SPSS ini relatif sama dengan data editor perangkat lunak statistik lainnya
atau seperti bentuk spreadsheet, misal Lotus, Microsoft Excel, atau Quatro. Contoh isi
data editor untuk 3 buah variabel dan 10 kasus (kasus ini identik dengan obyek yang diukur
atau satuan pangamatan) adalah sebagai berikut:
SPSS
Masukkan data skala usaha, nilai penjualan dan keuntungan yang diperoleh 9 perusahaan
sehingga diperoleh format pada data editor SPSS sebagai berikut:
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
51
Usaha Scales Sales Profit
Sigma Besar 1200 100
Alfa Kecil 500 50
Delta Besar 1500 200
Phi Menengah 750 100
Omega Menengah 800 50
Phi Kecil 400 150
Beta Besar 2000 200
Gamma Kecil 300 50
Kappa Kecil 350 75
Pemasukkan data-data yang ada pada Tabel di atas juga termasuk pendefinisian variabel
yang lengkap meliputi atribut nama, panjang karakter atau desimal, tipe, label, value, dan
value labelnya.
5.2. UKURAN GEJALA PEMUSATAN
1. Modus (Mode)
Modus adalah data yang paling sering muncul. Statistik ini bisa digunakan untuk semua
taraf pengukuran, baik nominal, ordinal, interval, dan ratio. Untuk skala nominal, modus
adalah ukuran pemusatan satu-satunya.
2. Median
Median adalah data yang terletak ditengah setelah data diurutkan. Bila terdapat n data maka
median terletak pada data ke (n+1)/n. Median ini bisa digunakan minimal untuk skala
ordinal dan tidak sensitif terhadap adanya data ekstrim. Misal, sederet data terurut 2, 5, 7, 8,
10 mempunyai median 7. Jika angka 10 diganti dengan 100 maka mediannya tetap 7.
3. Rata-Rata Hitung
Rata-rata ini hanya bisa dihitung untuk data dengan skala pengukuran paling sedikit
interval. Jika ada n data maka rata-rata hitung didefinisikan sebagai berikut:
μ = =

x =
x
n
i
n
i Σ
1
4. Rata-Rata Dibobot
Rata-rata dibobot digunakan bila data mempunyai bobot yang berlainan. Rumus
yang digunakan adalah:
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
52
μ = =

x =
x b
b
i
n
i i
i
Σ
Σ
1
Soal 4.1
Diketahui 3 kelompok data sebagai berikut:
1. Harga minyak goreng eceran di 11 buah pasar:
3500 3600 4200 4750 5000 3600 3400 5500 5100 4200 4200
2. Tingkat pendidikan 11 orang yang menjadi satuan pengamatan:
SD SMP SMP S1 SMU SMP SMU S1 SMU SMP SD
3. Diketahui sikap 11 profesional muda terhadap investor asing yang dinyatakan dengan
Setuju (Y) atau Tidak setuju (T):
Y T T T Y Y T Y T Y Y
Carilah ukuran pemusatan untuk ketiga kelompok data tersebut ?
SPSS
Data : Soal 4.1
Urutan MENU yang dipilih : Statistics Summarize Frequency
Statistic yang diisi : Central Tendency: Mean, Median, Mode
Output untuk variabel HARGA :
HARGA
Mean 4277,273 Median 4200,000 Mode 4200,000
Valid cases 11 Missing cases 0
Keterangan:
Statistika deskriptif yang lengkap bisa menggunakan menu Statistics Summarize
Descriptive tetapi menu tersebut hanya bisa digunakan untuk variabel dengan skala paling
rendah interval
5.3. UKURAN KERAGAMAN
1. Rentang (range)
Rentang merupakan salah satu ukuran variasi yang paling sederhana yaitu hanya
berdasarkan data terbesar dan data terkecil, dengan rumus perhitungan:
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
53
Rentang = Data terbesar - Data terkecil
Semakin kecil rentang maka data semakin homogen. Sebaliknya, makin besar rentang maka
datanya semakin heterogen. Ukuran ini sangat sensitif terhadap angka ekstrem, misalnya
deretan angka 2, 3, 4, 5, dan 8 mempunyai rentang 6, tetapi jika angka 8 diganti dengan 50
maka rentangnya berubah drastis menjadi 48.
2. Interquartile Range (IQR)
Kuartil adalah nilai-nilai yang membagi segugus data pengamatan menjadi 4 bagian
sama besar. Nilai-nilai itu, yang dilambangkan dengan Q1, Q2, dan Q3, mempunyai sifat
bahwa 25% data jatuh dibawah Q1, 50% dibawah Q2, dan 75% dibawah Q3. IQR
didefinisikan sebagai rentang (interval) yang didalamnya tercakup 50 persen data yang
berada di tengah-tengah distribusinya, atau :
IQR = Q3 - Q1
IQR ini relatif tidak sensitif terhadap angka ekstrem dibandingkan rentang (range) dan
digunakan pada penyajian grafik box and whisker (boxplot) yang akan dijelaskan pada
bagian berikutnya.
3. Ragam (variance) dan Simpangan Baku (standard deviation)
Ragam dan simpangan baku digunakan untuk mengukur bervariasinya data di sekitar
rata-rata. Keduanya hanya digunakan untuk skala pengukuran interval dan ratio. Rumus
yang digunakan untuk mengitung kedua ukuran keragaman tersebut adalah:
Σ(Xi - X)2
s2 = (ragam)
N
s = √ s2 (standar deviasi)
SPSS
Open Data : Bab4a_1.sav
Menu : Statistics Summarize Descriptive
Option : pilih Gaji untuk variable
Klik Options dan pilihlah ukuran-ukuran pada Dispersion
Output :
Number of valid observations (listwise) = 11,00
Valid
Variable Mean Std Dev Variance Range Minimum Maximum N
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
54
GAJI 4277,27 722,97 522681,82 2100,00 3400 5500 11
5.4. UKURAN BENTUK DISTRIBUSI
Bentuk distribusi data diukur dengan skewness dan kurtosis, yang menggambarkan
apakah bentuknya simetris atau tidak, serta apakah distribusi tersebut cenderung datar atau
menggunung. Biasanya bentuk distribusi tersebutakan lebih jelas jika disajikan secara
visual, seperti terlihat pada Gambar berikut.
Bentuk:
Skewness Simetris Normal
Menjulur kanan
atau positif
Menjulur kiri
atau negatif
95%
68%
Spread -2σ -1σ μ +1σ +2σ
Lokasi
Rata-rata, Median
Modus
Modus Rata-rata
Median
Rata-rata Modus
Median
Bentuk:
Kurtosis
Mesocurtic Leptocurtic Platycurtic
A B C
D E F
1. Skewness
Skewness adalah ukuran penyimpangan suatu distribusi dari distribusi simeteris.
Distribusi simetris mempunyai rata-rata, median, dan modus berada pada lokasi yang sama
(Kurva A). Suatu distribusi yang bentuknya lebih menjulur ke arah kanan disebut menjulur
kanan atau menjulur positif (Kurva B). Sedangkan jika menjulur ke arah kiri disebut
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
55
menjulur kiri atau negatif (kurva C). Statistik yang digunakan untuk mengukur bentuk
distribusi ini adalah :
sk
x N
x N
=
Σ
Σ
3
2 3
/
( / )
Jika distribusinya simetris maka nilai sk adalah 0, jika distribusinya menjulur kekanan maka
sk bernilai positif, dan jika distribusinya menjulur kekiri maka sk bernilai negatif
2. Kurtosis
Kurtosis mengukur apakah suatu distribusi berbentuk cenderung normal (kurva D),
menjulang (kurva E), atau mendatar (Kurva F). Statistik yang digunakan untuk mengukur
kurtosis ini adalah:
ku
x N
x N
= −
Σ
Σ
4
2 2 3
/
( / )
Nilai ku untuk kurva normal (mesokurtic) adalah 0, kurva menjulang adalah positif, dan
kurva mendatar adalah negatif.
Soal -Soal Latihan
Lakukan analisis deskriptif secara lengkap, yang mencakup ukuran gejala pusat,
penyebaran, bentuk distribusi, mengenai data-data penelitian berikut ini:
1. Seorang mahasiswa tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif mengenai penghasilan
para supir angkot di wilayah Jabotabek. Salah satu variabel yang diamati adalah
penghasilan bersih yang didapatkan setiap hari oleh para sopir tersebut. Ukuran sampel
yang diambil adalah sebanyak 30 sopir dengan data penghasilan bersih (dalam ribuan)
sebagai berikut:
5 10 20 30 40 50 5 10 20 30
40 50 5 10 20 30 40 5 15 25
35 5 15 25 30 5 15 25 15 15
2. Penelitian mengenai gaji pokok pertama yang diterima karyawan dengan tingkat
pendidikan sarjana di BUMN. Data selengkapnya adalah sebagai berikut:
150 350 250 250 150 350 250 250 250 300
250 250 300 250 250 300 250 250 300 250
200 300 200 300 250
3. Penelitian yang sama dengan nomor 3 tetapi untuk perusahaan swasta, dengan data
sebagai berikut:
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
56
300 450 600 350 500 650 500 450 500 550
350 500 650 400 550 400 550 500 450 600
400 550 700 450 600
SPSS
Data (Open) : Gaji.sav
Menu : Statistics Summarize Descriptives
Klik options untuk memunculkan kotak dialog yang menunjukkan berbagai
ukuran statistik. Pilihlah beberepa diantaranya, termasuk skewness dan
kurtosis yang menjadi pembahasan saat ini
Output :
Variable G_SUPIR
Mean 21,500 S.E. Mean 2,493
Std Dev 13,655 Variance 186,466
Kurtosis -,615 S.E. Kurt ,833
Skewness ,543 S.E. Skew ,427
Range 45,000 Minimum 5
Maximum 50
Variable G_BUMN
Mean 250,000 S.E. Mean 8,660
Std Dev 43,301 Variance 1875,000
Kurtosis ,581 S.E. Kurt ,902
Skewness ,000 S.E. Skew ,464
Range 200,000 Minimum 150
Maximum 350
Variable G_SWASTA
Mean 500,000 S.E. Mean 20,412
Std Dev 102,062 Variance 10416,667
Kurtosis -,517 S.E. Kurt ,902
Skewness ,000 S.E. Skew ,464
Range 400,000 Minimum 300
Maximum 700
Berdasarkan hasil analsisi tersebut, terlihat bahwa bentuk distribusi G_SUPIR adalah
menjukur kekanan (skewness positif), sedangkan G_BUMN dan G_SWASTA adalah
simetri yaitu skewness-nya 0. Berdasarkan ukuran kurtosis, bentuk distribusi G_BUMN
adalah menjulang (kurtosis positif) sedangkan G_SUPIR dan G_SWASTA adalah relatif
mendatar dengan nilai kurtosisnya negatif. Interpretasinya adalah sebagai berikut:
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
57
1. Penghasilan supir lebih terkonsentrasi pada penghasilan yang rendah atau sebagaina
besar gajia sopir adalah rendah
2. Gaji pegawai BUMN relatif homogen atau tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah
terbesar terletak pada nilai rata-rata yang terletak di tengah-tengah kurva distribusinya
3. Gaji pegawai swasta relatif heterogen atau mempunyai jarak yang relatif lebih besar
antara gaji terendah dengan gaji tertinggi dibandingkan gaji pegawai BUMN.
5.5. TABEL
1. Tabel Frekuensi
Tabel frekuensi merupakan teknik sederhana untuk menyajikan data dalam bentuk
pengurutan, frekuensi atau persentase relatif, frekuensi atau persentase kumulatif. Tabel
frekuensi ini terutama digunakan untuk variabel yang bersifat kategorikal atau untuk skala
pengukuran nominal dan ordinal. Penggunaan tabel frekuensi untuk skala pengukuran
interval dan ratio relatif kurang informatif.
SPSS
Data (Ordinal) : SD SMP SMP S1 SMU SMP SMU S1 SMU SMP SD
Input Data :
MENU : Define Variable
Nama Variabel : TINGKAT
Label Variabel : Tingkat Pendidikan
Value Label : 1 = ‘SD’
2 = ‘SMP’
3 = ‘SMU’
4 = ‘S1’
Proses/Menu :
Statistics Summarize Frequencies
Menu ini digunakan untuk membuat tabel atau tampilan yang menunjukkan seberapa jauh perbedaan nilai-nilai variabel dalam sekumpulan data. Kita bisa juga menggunakan menu ini untuk memperoleh statistik yang mengambarkan nilai tertentu dan sebaran observasinya. Misalnya dalam survey pasar, kita bisa membuat tabel yang menunjukkan seberapa banyak konsumen yang puas dengan pelayanan perusahaan. Tabel tersebut juga bisa disajikan dalam diagram balok dan histogram.
Output :
TINGKAT tingkat pendidikan
Valid Cum
Value Label Value Frequency Percent Percent Percent
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
58
SD 1 2 18,2 18,2 18,2
SMP 2 4 36,4 36,4 54,5
SMU 3 3 27,3 27,3 81,8
S1 4 2 18,2 18,2 100,0
------- ------- -------
Total 11 100,0 100,0
2. Tabel Silang
Tabel silang atau klasifikasi silang digunakan untuk menyajikan data yang terdiri
dari 2 variabel atau lebih. Klasifikasi silang dari dua variabel memerlukan tabel dengan
baris-baris dan kolom-kolom. Kategori-kategori dalam suatu variabel diletakkan pada baris
sedangkan kategori-kategori dalam variabel lain diletakkan pada kolom. Biasanya variabel
tak bebas diletakkan dalam baris sedangkan variabel bebas dalam kolom. Data dalam
klasifikasi silang ini sangat penting dalam pengukuran hubungan antara kedua variabel
tersebut, yang akan dijelaskan dalam bab berikutnya. Sedangkan cara membuat tabel
klasifikasi silang dan penggunaan perangkat lunak SPSS-nya menggunakan contoh kasus
berikut:
Soal 4.3
Misal diketahui data 2 variabel yaitu tingkat preferensi terhadap barang dan jenis kelamin
dari 10 orang konsumen yang menjadi satuan pengamatan:
Responden Preferensi Jenis Kelamin
A Rendah L
B Rendah L
C Tinggi L
D Tinggi L
E Tinggi P
F Rendah P
G Tinggi P
H Tinggi L
I Rendah P
J Rendah L
K Tinggi P
L Tinggi P
M Tinggi P
Buatlah klasifikasi silangnya?
SPSSS
Data : Soal 4.3
Input Data :
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
59
Menu Define Variable
Nama Variabel Prefer dan Jenis_K
Label Variabel Tingkat perefrensi Jenis Kelamin
Label value 0= rendah 0 = perempuan
1= tinggi 1 = laki-laki
Proses/Menu :
Statistics Summarize Crosstabs
Crosstabs digunakan untuk menghitung jumlah kasus yang memiliki kombinasi yang
berbeda dari 2 atau lebih variabel, serta untuk menghitung berbagai statistic dan pengujian.
Klasifikasi silang ini sangat efektif untuk skala pengukuran nominal dan ordinal. Untuk
skala interval atau rasio harus dibuat kategori-kategori terlebih dahulu, contoh untuk gaji
harus dibuat kategori dalam bentuk interval, seperti dibawah 200 ribu, antara 200 ribu
sampai 500 ribu, dan seterusnya.
Output :
PREFER by JENIS_K Jenis Kelamin
JENIS_K
Count
Row Pct Perempuan laki-laki
Col Pct Row
Tot Pct 0 1 Total
PREFER
0 2 3 5
rendah 40,0 60,0 38,5
28,6 50,0
15,4 23,1
1 5 3 8
tinggi 62,5 37,5 61,5
71,4 50,0
38,5 23,1
Column 7 6 13
Total 53,8 46,2 100,0
Format tabel silang yang dihasilkan perangkat lunak SPSS diatas dapat dijelaskan
dengan gambar berikut.
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
60
JENIS_K
Count
Row Pct Perempuan laki-laki
Col Pct Row
Tot Pct 0 1 Total
PREFER
0 2 3 5
rendah 40,0 60,0 38,5
28,6 50,0
15,4 23,1
1 5 3 8
tinggi 62,5 37,5 61,5
71,4 50,0
38,5 23,1
Column 7 6 13
Total 53,8 46,2 100,0
Kandungan sel Variabel 1
Variabel 2
Kategori pada
variabel 1
Kategori
pada variabel 2
Marginal kolom
mj
Marginal baris
mi
sel 2,1 (baris 2 kolom 1)
5
62,5
71,4
38,5
frekuensi
persen terhadap total baris
persen terhadap total kolom
persen terhadap total
5.6. GRAFIK
1. Diagram Batang
Diagram batang merupakan penyajian data secara visual yang terdiri dari dua buah
sumbu yaitu ordinat dan axis. Jumlah variabel yang bisa disajikan adalah satu atau dua
varibel. Jika hanya satu variabel, maka aksisnya adalah variabel yang biasanya berskala
kategorikal (nominal atau ordinal) dan ordinatnya adalah frekuensi kasus untuk setiap
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
61
kategori tersebut. Sedangkan jika diagram menyajikan dua variabel, maka aksisnya adalah
variabel kategorikal dan ordinatnya variabel interval atau ratio.
SPSS
Data : Tabel 4.1
Variabel : Scales (axis) dan frekuensinya (ordinat)
Menu : Graphs Bar
Option : Pilih simple
Klik Define dan pilih N of cases untuk Bars represent
Output :
Skala usaha
Besar Kecil Menengah
Count
4,5
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
Data : Tabel 4.1
Variabel : Sales (ordinat) dan scales (axis)
Menu : Graphs Bar
Options : Pilih Simple
Klik Define dan pilih other summary function untuk bars represent
Mean(sales) untuk variable dan scales untuk category axis
Output :
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
62
Skala usaha
Besar Kecil Menengah
Mean SALES
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
2. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran digunakan untuk menyajikan komposisi jumlah atau frekuensi
untuk variabel kategorikal atau variabel dengan skala pengukuran nominal atau ordinal.
Jadi diagram ini biasanya merupakan penyajian grafis dari tabel frekuensi karena lingkaran
tersebut menunjukkan persentase jumlah kasus untuk setiap kategori. Contoh berikut adalah
komposisi jumlah perusahaan untuk masing-masing skala kecil, menengah, dan besar yang
disajikan dalam bentuk diagram lingkaran.
SPSS
Data : Tabel 4.1
Variabel : Scales
Menu : Graphs Pie
Options : Pilih simple
Klik Define dan pilih N of cases untuk Bars represent
Scales untuk category axis
Output :
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
63
Menengah
Kecil
Besar
3. Histogram
Histogram merupakan teknik konvensional untuk menyajikan data rasio interval,
yang digunakan jika memungkinkan sekumpulan nilai-nilai variabel dibuat dalam bentuk
selang atau interval. Histogram, yang dibentuk dengan batang-batang (bars) dimana setiap
nilai yang menempatinya sama dengan luas batang tersebut, sangat bermanfaat untuk (a)
menyajikan semua interval data pada distribusinya, dan (b) memeriksa secara visual bentuk
distribusi data, apakah simteris, menjulur, menjulang, atau mendatar.
Soal
Seorang mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Gunadarma sedang melakukan penelitian
untuk mengetahui profitabilitas perusahaan-perusahaan manufaktur. Ukuran yang dipakai
salah satunya adalah current ratio (dalam persen). Ukuran sampel yang diambil adalah 40
perusahaan dengan data selengkapnya sebagai berikut:
138 164 150 132 144 125 149 157
146 158 140 147 136 148 152 144
168 126 138 176 163 119 154 165
146 173 142 147 135 153 140 135
161 145 135 142 150 156 145 128
Buatlah analisis statitika deskriptif yang lengkap mengenai data current ratio tersebut,
termasuk histogramnya?
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
64
SPSS
Open Data : Histo.sav
Menu : Graphs Histogram atau Statistics Summarize Explore Plots
Sub sub menu EXPLORE digunakan untuk analisis deskriptif relatif
lengkap yang meliputi berbagai statistik dan tampilan grafiknya. Kita bisa
mengetahui statistik nilai terkecil, terbesar, rata-rata, ragam, standar
deviasi, bentuk distribusi, uji kenormalan data, dan berbagai ukuran
lainnya, serta membuat grafik boxplot, stem and leaf, atau histogram.
Menu ini sangat efektif digunakan untuk data dengan skala pengukuran
minimal interval.
Option : Pilih display normal curve
Output :
DATA
175,0
170,0
165,0
160,0
155,0
150,0
145,0
140,0
135,0
130,0
125,0
120,0
10
8
6
4
2
0
Std. Dev = 13,05
Mean = 146,8
N = 40,00
4. Steam and Leaf
Stem and leaf relatif lebih efisien dibandingkan histogram karena pada bentuk grafik
ini data asalnya masih bisa diketahui sedangkan pada histogram tidak bisa karena
dimasukkan dalam bentuk kisaran (interval). Akibat pengelompokan data dalam bentuk
interval pada histogram, kita tidak bisa secara pasti menentukan statistik-statistik yang
meliputi median atau kuartil. Informasi yang hilang tersebut tidak akan terjadi jika kita
menggunakan stem and leaf. Selain itu, visualisasi dari stem and leaf ini juga bisa
menggambarkan bentuk distribusi data secara cepat dan jelas. Untuk ukuran data yang
relatif kecil, grafik ini bisa dibuat secara manual dengan mudah, yaitu dengan langkahlangkah:
1. Daftarkan digit pertama (0 sampai 9) di kolom paling kiri (sebagai batang atau stem)
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
65
2. Digit kedua ditempatkan di sebelah kanannya (sebagai daun atau leaf)
Contoh, misalkan diketahui data-data sebagai berikut:
37 42 48 49 53 55 57
58 59 60 62 62 70 71
Stem: Leaf:
0
1
2
3 7
4 289
5 35789
6 022
7 01
8
9
Soal
Seorang peneliti sedang melaksanakan penelitian mengenai potensi ekonomi para pedagang
kaki lima yang menjual makanan atau jajanan di pinggir jalan-jalan di seluruh Wilayah
Depok. Salah satu variabel yang diamati adalah keuntungan bersih per hari yang diperoleh
setiap pedagang. Ukuran sampel yang diambil adalah 41 pedagang kaki lima dengan data
selengkapnya mengenai keutungan bersih dalam ribuan rupiah sebagai berikut:
75 98 42 75 84 87 65 59 63
86 78 37 99 66 90 79 80 89
68 57 95 55 79 88 76 60 77
93 85 70 62 80 74 69 90 62
84 64 73 48 72
Selain analisis deskriptif yang meliputi gejala pusat dan sebaran datanya, buatlah grafik
stem and leaf-nya!
SPSS
Open Data : Stem.sav
Menu : Statistics Summarize Explore
Devendent list: Ujian
Klik Plots dan pilihlah stem and leaf
Output :
Frequency Stem & Leaf
1,00 3 . 7
2,00 4 . 28
3,00 5 . 579
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
66
9,00 6 . 022345689
11,00 7 . 02345567899
9,00 8 . 004456789
6,00 9 . 003589
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
5. Boxplot (box and whisker)
Boxplot merupakan teknik grafis yang dikembangkan oleh Tukey dan sering
digunakan untuk analisis data eksplorasi. Grafik ini secara umum mengurangi penyajian
data mentah yang terperinci pada grafik stem and leaf sehingga efektif untuk ukuran data
yang relatif lebih besar, serta memvisualisasikannya dalam bentuk lain tanpa kehilangan
berbagai informasi statistika deskriptif yang meliputi lokasi distribusi, sebaran, bentuk,
panjang ekor kurva distribusi, dan data ekstrem. Jadi statistik median, kuartil bawah, kuartil
atas, data terkecil dan data terbesar. Median dan kuartil pada boxplot digunakan sebagai
ukuran gejala pemusatan dan sebaran karena statistik tersebut relatif tidak dipengaruhi
(resistensi) oleh data ektrem. Statistik dikatakan resisten jika ralatif tidak dipengaruhi data
ekstrem atau outlier dan perubahan hanya terjadi jika terjadi penggantian data pada
sejumlah proporsi tertentu dari kumpulan data awal.
Boxplot bisa dibuat relatif mudah secara manual atau dengan bantuan program
komputer statistika. Elemen dasar dari bentuk grafiknya adalah (1) kotak segi empat yang
memuat 50 persen data (ingat istilah IQR atau interquartile range), (2) garis melintang pada
kotak yang menunjukkan median, (3) kedua sisi pada kotak dengan kutub yang berlawanan
(kiri dan kanan, atau atas dan bawah), disebut hinges, dan (4) serat (whisker) yang
menghubungkan hinges dikedua sisi dengan data terkecil dan data terbesar. Penjelasan
selengkapnya mengenai bentuk grafik ini bisa dilihat pada Gambar berikut.
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
67
whisker
median
Hinge:
kuartil
bawah
Hinge:
kuartil
atas
50% data
berada
dalam
kotak
1.5IQR IQR 1.5IQR
batas dalam:
hinge atas
+ 1.5 IQR
batas dalam:
hinge bawah
+ 1.5 IQR
batas luar:
hinge atas
+ 3 IQR
batas luar:
hinge bawah
+ 3 IQR
data
outlier
data
sangat
ekstrem
data
outlier
data terbesar
dalam1.5 IQR
data terkecilr
dalam1.5 IQR
Soal
Seorang mahasiswa, yang sedang menyusun skripsi, melakukan penelitian mengenai strategi
harga yang dibuat oleh penjual pakaian jadi wanita di DKI Jakarta. Ukuran sampel yang
diambil adalah sebanyak 100 penjual dengan data harga jual ke konsumen langsungnya
dalam ribuan rupiah sebagai berikut:
25 40 45 45 100 48 50 65 75 65
45 42 50 55 45 45 50 55 40 50
15 20 75 45 42 50 60 45 50 75
25 25 42 45 40 65 65 45 45 40
50 55 50 75 65 50 75 75 55 50
250 40 45 80 75 45 45 40 40 55
10 45 50 45 15 20 25 25 45 40
25 75 65 50 45 40 30 30 35 45
55 65 45 40 25 90 85 85 90 45
40 35 45 40 45 35 25 45 30 40
Informasi statistik apa saja yang akan diperoleh mahasiswa tersebut jika data diatas
disajikan dalam bentuk grafik boxplot?
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
68
SPSS
Data (Open) : boxplot.sav
Menu : Graphs Boxplot
Pada kotak dialog yang muncul, pilihlah simple dan summaries of
separate variable. Klik Define dan masukkan Harga ke kotak Variable.
Setelah selesai, Klik OK
Output :
HARGA
0 20 40 60 80 100
Berdasarkan bentuk Boxplot diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa data harga pakaian
menjulur kekiri atau sebagain besar data relatif terkumpul pada harga yang rendah. Selain
itu dapat disimpulkan harga pakaian yang terendah tidak terlalu jauh dari harga rata-rata,
sedangkan harga tertinggi relatif jauh dari rata-rata harga. Berbagai kemungkinan bentuk
Boxplot dan informasi yang bisa diperoleh dari bentuk tersebut dapat dilihat pada Gambar
berikut:
Metode PI Ekonomi: Analisis Deskriptif
69
Simetris
Simetrisukuran
relatif lebih
besar dalam proporsi
terhap ukuran sampel
Menjulur ke kanan
Menjulur ke kiri
Sebaran kecil
Menjorok kedalam
pada median untuk
uji kesamaan dengan
median populasi
Read the story >

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Selasa, 15 November 2011
ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN
DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
Oleh: Ginandjar Kartasasmita
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas
Disampaikan pada Pembahasan RPP Penataan Ruang Kasawan Perkotaan
Jakarta, 16 Desembe r 1996
Pengantar
Saya menyambut gembira pertemuan para pakar untuk membahas Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penataan Ruang Kawasan Perkotaan yang merupakan tindak lanjut operasionalisasi Undang-undang Nomor 24 Tahun 1996 tentang Penataan Ruang (UUPR).
RPP ini penting oleh karena peran perkotaan makin besar dalam pembangunan nasional. Hal ini dicerminkan dalam besarnya kontribusi sektor-sektor yang digerakkan dari perkotaan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan data BPS, pada akhir tahun 1995 sumbangan kegiatan dan  sektor-sektor yang berada di perkotaan terhadap PDB (menurut harga konstan tahun 1993)  diperkirakan mencapai sekitar 63%. Peningkatan ini didukung oleh pertumbuhan pesat di sektor sekunder (industri, listrik, gas dan air bersih serta bangunan) sebesar lebih dari 38 % dan sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa) sekitar 22%. Bahkan, sektor tersier di kawasan perkotaan mencapai laju pertumbuhan yang sangat pesat yaitu lebih dari 14 % per tahun.
  perkotaan atau sekitar 86 juta jiwa dari 190 juta jiwa. Penduduk perkotaan ini memperlih atkan kecenderungan makin terkonsentrasi di kota-kota besar, metropolitan dan megapolitan. Sekitar60,5 % penduduk perkotaan masih tinggal di kota-kota tersebut dan sisanya berada di kota-kota menengah, kota-kota kecil dan pusat-pusat lainnya. Kita mengamati adanya kecenderungan pemusatan penduduk yang makin menguat di perkotaan, sehingga pada tahun 2018 diperkirakan sekitar 52 % penduduk akan tinggal di kawasan perkotaan atau sekitar 140 juta jiwa penduduk perkotaan dari sekitar 270 juta jiwa penduduk Indonesia.

Pengendalian Pembangunan Perkotaan
Di pihak lain, pertumbuhan kota-kota akan diikuti dengan tekanan-tekanan (urban development pressures) yang antara lain berupa: beralihfungsinya lahan-lahan pertanian yang subur di sekitar kota-kota menjadi lahan-lahan non pertanian; makin kritisnya cadangan air tanah dan air permukaan; meningkatnya inefisiensi dalam pelayanan prasarana dan sarana perkotaan karena wilayah perkotaan yang makin melebar ke segala arah; serta berkurangnya tingkat produktivitas masyarakat perkotaan yang diakibatkan oleh makin besarnya tenaga dan waktu yang
terbuang untuk mencapai pusat-pusat kegiatan.
Oleh karena itu, peran yang makin penting dan strategis dari kawasan perkotaan secara nasional perlu diimbangi dengan pengendaliannya. Upaya pengendalian ini perlu diatur secara jelas dan tegas serta dilaksanakan secara konsisten oleh semua pihak sehingga pembangunan perkotaan mampu mendukung pembangunan nasional, dan bukan memperlemahnya (bersifat kontraproduktif terhadap pembangunan nasional). Untuk itu, diperlukan kerangka acuan yang www.ginandjar.com 2
disepakati, mudah dipahami dan mudah pula dilaksanakan oleh semua pihak baik oleh pemerintah
khususnya pemerintah daerah maupun oleh masyarakat secara keseluruhan.
Dalam rangka pengendalian pembangunan kawasan perkotaan tersebut, acuan yang digunakan adalah penataan ruang. Penataan ruang merupakan upaya perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dikarenakan jiwa dari penataan ruang adalah kemitraan dan peranserta aktif masyarakat, maka diperlukan suatu kerangka peraturan yang sifatnya tidak semata-mata membatasi dan mengatur ruang gerak dan kegiatan masyarakat, akan  tetapi juga memberi dorongan dan peluang agar masyarakat berpartisipasi pula dalam kegiatan penataan ruang. Untuk itu telah keluar PP Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peranserta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
Khusus untuk kawasan perkotaan diperlukan penataan ruang kawasan perkotaan yang memuat konsepsi, kebijaksanaan, proses dan prosedur serta mekanisme serta petunjuk yang jelas, serta mampu mengakomodasikan berbagai kepentingan dari pihak-pihak yang terkait, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta berbagai kalangan yang ada di masyarakat. Masyarakat harus tergerak untuk menaati dan melaksanakannya karena pengaturan ruang tersebut pada hakekatnya menguntungkan masyarakat.

Pokok-Pokok Pikiran Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Dalam kesempatan ini, saya ingin menguraikan secara garis besar konsepsi dan kebijaksanaan penataan ruang dalam rangka pembangunan perkotaan agar dapat dijadikan bahan dalam memperkaya pandangan-pandangan untuk menyusun rancangan peraturan pemerintah mengenai penataan ruang kawasan perkotaan yang akan Saudara-Saudara bahas hari ini.
Kita telah memaklumi bahwa dalam kawasan dengan fungsi utama budidaya dikembangkan berbagai kegiatan usaha masyarakat yang didukung oleh sistem prasarana wilayah dan sistem kota-kota yang mempunyai jenis dan tingkat pelayanan tertentu, baik sebagai Pusat Kegiatan Nasional(PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), maupun sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Dalam kawasan dengan fungsi utama budidaya, terdapat kawasan-kawasan yang
dipandang berpotensi untuk memacu pertumbuhan daerah, yaitu yang dinamakan Kawasan
Andalan. Dalam RTRWN, telah diidentifikasikan dan diindikasikan antara lain sekitar 111
kawasan andalan.
Kawasan andalan dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dengan input investasi
pengembangan yang secukupnya, maka dapat dihasilkan daya dorong terhadap pertumbuhan
daerah yang tinggi disertai pemerataannya yang luas ke kawasan lain di sekitarnya. Konsep
kawasan andalan memadukan pembangunan perkotaan dan pembangunan perdesaan dalam suatu
sinergi. Konsep ini menghindari terjadinya dikotomi atau adu tarik antara kota dan desa, yang
tidak menguntungkan baik bagi masyarakat kota maupun desa.
Pengembangan kawasan budi daya pada umumnya, kawasan-kawasan andalan pada
khususnya, didukung oleh sistem kota-kota dan sistem prasarana wilayah yang saling menunjang
satu sama lain. Oleh karena itu, sistem kota-kota yang saling terkait erat baik dalam alokasi fungsi
maupun dalam fisiknya merupakan prasyarat terbentuknya dan berkembangnya kawasan-kawasan
tersebut.
Penataan ruang menentukan arahan kebijaksanaan dan strategi pembangunan perkotaan.
Pada dasarnya, strategi pembangunan perkotaan memuat: (1) pengembangan sistem perkotaan, dan
(2) pengembangan manajemen pembangunan perkotaan. Yang pertama berkaitan dengan
pemantapan sistem perkotaan sedangkan yang kedua merupakan upaya pengelolaan optimal
sumber daya per kotaan.
www.ginandjar.com 3
Pemantapan sistem perkotaan pada dasarnya ditujukan untuk mewujudkan keterkaitan
fungsi kota-kota secara serasi, mulai dari kota-kota yang berukuran megapolitan (dengan
penduduk 5 juta jiwa ke atas), metropolitan (dengan penduduk 1 sampai dengan 5 juta jiwa), kotakota
besar (dengan penduduk sekitar 500.000 jiwa sampai dengan 1 juta jiwa), kota menengah
(penduduknya yang berkisar antara 100.000 sampai dengan 500.000 jiwa), kota-kota kecil (penduduknya
antara 20.000 sampai dengan 100.000 jiwa), serta pusat-pusat perdesaan dan permukiman
lainnya (dengan penduduk 20.000 ke bawah).
Dalam sistem perkotaan atau sistem kota-kota, dikembangkan keterkaitan yang saling
memperkuat baik antar kelompok kota-kota (group kota-kota) dalam satu kawasan andalan atau
antar kawasan andalan. Mengingat sistem kota-kota sangat strategis peranannya dalam
pengembangan kawasan secara keseluruhan, maka kota-kota perlu diarahkan pertumbuhannya dan
pengembangannya agar mampu saling “berkomunikasi” melalui keterkaitan dan keteraturan
fungsi-fungsi pengembangannya. Dalam pandangan ini, tidak dapat dibenarkan berkembangnya
kota terlepas dari sistem perkotaan di sekitarnya ataupun dari sistem perkotaan secara nasional.
Seluruh kota dalam tata ruang nasional harus mengemban fungsi-fungsi yang saling terkait satu
sama lain.
Melalui pemantapan sistem kota-kota ini, dapat dihindari penumpukan pertumbuhan kota
yang melebar sehingga membentuk suatu “Urban Belt” atau “Urban Strip” yang telah terbukti di
banyak negara mengurangi efisiensi pelayanan prasarana dan sarana, meningkatkan biaya atau
pengorbanan yang harus ditanggung masyarakat dalam mencapai kota induknya, serta mengambil
lahan-lahan pertanian yang subur secara besar -besaran di sekitarnya.
Melalui pemantapan sistem kota-kota ini pula, kota-kota menengah, kecil dan pusat-pusat
kawasan perdesaan diberikan peluang untuk tumbuh dan berkembang, sehingga pembangunan
perkotaan akan saling dukung dengan pembangunan perdesaan. Dalam mendorong pengembangan
sistem kota-kota yang demikian, peran sistem prasarana wilayah dan kota sangat penting. Oleh
karena itu, maka pengembangan sistem prasarana wilayah dan kota perlu diarahkan untuk tidak
saja memperkuat hubungan keterkaitan antara kota sekitar dengan kota induknya, akan tetapi juga
dengan kota-kota sekitar lainnya, sehingga tekanan ke kota induk dapat dikurangi.
Sistem kota-kota dalam 111 kawasan andalan telah terindikasi yaitu ada sekitar 1.200 kota
dalam berbagai ukuran. Kota-kota tersebut perlu segera ditentukan fungsi-fungsi utamanya untuk
mendukung pengembangan kota-kota yang saling terkait, dan saling mengisi secara serasi. Arahan
fungsi dan strategi pengembangan kota-kota itu perlu dituangkan dalam Rancangan Peraturan
Pemerintah yang kini dibahas.
Dalam kaitan dengan muatan yang kedua yaitu manajemen pembangunan perkotaan, titik
tolaknya adalah bahwa inti pembangunan kota terletak pada manajemen pembangunannya. Manajemen
pembangunan kota merupakan pengejawantahan konsepsi pembangunan kota yang dipilih
menurut fungsi-fungsinya tadi.
Pokok-pokok pikiran dalam konsepsi pembangunan harus dikembangkan dengan
memperhatikan pandangan-pandangan yang hidup, dan dewasa ini banyak menjadi pembicaraan.
Beberapa konsep dan paradigma, di antaranya adalah: desentralisasi; kemitraan dalam
pembangunan; efisiensi dan produktivitas manusia dan masyarakat perkotaan; pembangunan kota
yang partisipatif, berkeadilan sosial, efisien secara ekonomis, berwawasan lingkungan dan berwawasan
budaya; pembangunan kota yang berkelanjutan secara ekonomis dan lingkungan
(environmentally and economically sustainable urban development), kota yang mempunyai daya
saing dalam era global dan sebagainya.
Tuntutan-tuntutan pembangunan kota pada masa mendatang tersebut perlu ditampung
dalam konsepsi pembangunan perkotaan di Indonesia, karena pikiran-pikiran tersebut sejalan
dengan arah kecenderungan pembangunan perkotaan di dunia.
www.ginandjar.com 4
Akan tetapi yang jelas, pembangunan kota-kota kita akan diwarnai secara mencolok oleh
pandangan-pandangan desentralisasi dan kemitraan. Desentralisasi pembangunan perkotaan
mengisyaratkan perlunya suatu pemerintahan kota yang mampu mengelola kotanya dengan baik
yang bertumpu pada pelayanan pada masyarakatnya (service driven urban governance), dan
kemitraan yang dituntut adalah kemitraan yang setara dalam pembangunan kota di mana setiap
pihak yang terlibat mempunyai peluang yang seimbang dan peran yang saling mengisi.
Manajemen pembangunan kota yang bertumpu pada desentralisasi dan kemitraan pada
dasarnya merupakan upaya pengelolaan sumber-sumber daya kota secara optimal dan
berkelanjutan yang meliputi: sumber daya manusia dan masyarakatnya, sumber daya fisik dan
lingkungan, sumber daya ekonomi dan sumber daya sosial budaya yang hidup di perkotaan.
Dalam manajemen pembangunan kota, sumber daya manusia dan masyarakat perkotaan
diletakkan sebagai fokus, terutama kualitas, produktivitas dan tingkat kepedulian serta
peransertanya dalam segenap kegiatan dan pembangunan perkotaan. Hal ini sangat mendasar,
karena dengan sumber daya manusia dan masyarakat yang makin baik, pengelolaan sumbersumber
daya perkotaan lainnya akan lebih baik, lebih berkualitas dan berkelanjutan. Terlebih lagi
pada era mendatang yang sangat menuntut efisiensi dan produktivitas serta kreativitas masyarakat,
maka pemberdayaan manusia dan masyarakat perkotaan merupakan salah satu agenda pokok
peningkatan manajemen pembangunan kota.
Pemberdayaan Manusia dan Masyarakat Perkotaan
Mengingat manusia dan masyarakat perkotaan menjadi salah satu modal dasar
pembangunan perkotaan, maka perlu dikembangkan upaya pemberdayaanya sebagai modal yang
produktif. Kota-kota di Indonesia, masih didominasi oleh golongan dan kelompok masyarakat
yang kurang mampu. Kesenjangan kemampuan antar kelompok dan lapisan di masyarakat, masih
tajam, termasuk kesenjangan untuk memperoleh peluang berusaha dan mendapatkan pelayanan
antara sektor formal dan sektor informal di perkotaan. Kemiskinan perkotaan (urban poverty)
masih akan merupakan tantangan besar bagi pembangunan perkotaan di masa mendatang.
Pemberdayaan manusia dan masyarakat perkotaan adalah upaya untuk mengurangi kesenjangan
dalam pembangunan perkotaan. Pemberdayaan tidak diartikan sebagai pemberian subsidi yang
sifatnya tidak berkelanjutan. Pemberdayaan manusia dan masyarakat perkotaan haruslah diartikan
sebagai upaya peningkatan kemampuannya secara sosial ekonomi dalam rangka memanfaatkan
peluang-peluang yang timbul akibat dinamika pertumbuhan dan perkembangan kota. Singkatnya
upaya memampukan dan memandirikan.
Pemahaman itu harus dicerminkan ke dalam pola dan struktur pemanfaatan ruang kawasan
perkotaan. Penataan ruang kawasan perkotaan tidak semata-mata bermuatan alokasi fungsional
dan fisik kawasan kota yang kaku, akan tetapi di dalamnya harus ada upaya untuk memberikan
“jiwa dan identitas” pada kawasan perkotaan. Konsepsi dan upaya pemberdayaan manusia dan
masyarakat perkotaan sebagai inti dari manajemen pembangunan kota yang bertumpu pada
desentralisasi dan kemitraan merupakan salah satu ciri itu. Ruang perkotaan tidak hanya
diperuntukkan bagi kelompok yang mapan dan mampu ataupun sektor formal, akan tetapi juga
perlu menampung usaha-usaha informal yang diberdayakan sehingga merupakan salah satu asset
perkotaan. Oleh karena itu, dalam menata ruang perkotaan peluang kepada golongan ekonomi
lemah harus mendapat tempat utama, agar dapat mengembangkan usahanya, meningkatkan
produktivitasnya serta mengkaitkan usahanya dengan golongan ekonomi yang lebih kuat.
Upaya memberdayakan manusia dan masyarakat perkotaan tersebut perlu dukungan
hukum yang secara tegas, jelas, konsisten dan transparan mengatur keamanan dan pengamanan
masyarakat perkotaan. Transparansi ini penting agar sistem peraturan dan perundang-undangan
yang mengatur pengelolaan pembangunan perkotaan dapat dimengerti dan ditaati oleh segenap
masyarakat secara tertib dan bertanggung jawab. Jaminan dan kepastian hukum akan memberikan
www.ginandjar.com 5
ketentraman serta mendukung terciptanya stabilitas politik, sosial dan ekonomi perkotaan yang
mantap.
Penutup
Beberapa visi pembangunan perkotaan yang saya kemukakan tadi, mencerminkan
pandangan mengenai aspek strategis penataan ruang kawasan perkotaan yang pada dasarnya
mengacu pada pemberdayaan manusia dan masyarakat serta peningkatan kualitas lingkungan
perkotaan. Dua aspek ini akan memberikan daya dorong dan daya dukung yang sinambung
terhadap pembangunan nasional baik pada masa kini, terlebih-lebih lagi pada masa mendatang.
Dalam pandangan saya, kota-kota dalam era global harus didukung oleh sumber daya manusia dan
masyarakatnya yang produktif, kreatif dan efisien serta lingkungan perkotaan yang berkualitas
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya serta lingkungan ekonomi yang
mendukung pertumbuhan dan pemerataan di perkotaan. Melalui paya itu akan tercipta pula rasa
aman tenteram, kehidupan yang rukun didukung oleh stabilitas yang tercipta bukan oleh karena kekuatan
yang memaksa, tetapi karena prakarsa dan partisipasi masyarakat yang ingin memelihara
kesesuaian kehidupan di perkotaan.
Sebagai penutup, saya mengharapkan pokok-pokok pikiran yang saya kemukakan tersebut
dapat dijadikan salah satu bahan dalam menyempurnakan Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang Penataan Ruang Kawasan Perkotaan ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi petunjuk dan menyertai kita dalam upaya ini.
Read the story >

HUBUNGAN ANTARA KINERJA KEPALA SEKOLAH, PENILAIAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN MOTIVASI KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA GURU DI SDN SE-KECAMATAN WANASABA LOMBOK TIMUR

Rabu, 09 November 2011
 ABSTRAK [07] 

Oleh : Musifuddin (Pembimbing : Prof. Dr. I Nyoman Natajaya, M.Pd, Prof. Dr. I Gde Widja) 
Penelitian ini dilakukan pada SDN Negeri se-kecamatan Wanasaba Lombok Timur dengan populasi 175 dan sampel yang ditetapkan peneliti sebesar 100 orang dengan teknik multi stage random sampling sederhana. Penelitian ini bersifat deskreptif korelasional dan tergolong Ex-post Facto dengan data primer yang dikumpulkan melalui angket, sedangkan data skunder melalui observasi secara langsung. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik berbentuk korelasi sederhana dan ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) kinerja kepala sekolah memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap disiplin kerja guru pada taraf kepercayaan 0,5 % yakni t hitung sebesar 3,560 dengan t tabel sebesar 1,671, dan sumbangan relative = 19%, sumbangan efektif = 8,36 %. 2) penilaian jabatan fungsional guru dengan disiplin kerja guru tingkat hubungannya menunjukkan t hitung sebesar 2,66 dengan t tabel sebesar 1,671, dan sumbangan relative = 51%, sumbangan efektif = 22,44 %. 3) Motivasi kerja guru dengan disiplin kerja guru dengan t hitung sebesar6,659 dengan t tabel sebesar 1,671, dan sumbangan relative = 32 %, sumbangan efektif = 14,08 %. 4) sedangkan hubungan secara bersama-sama antara kinerja kepala sekolah, penilaian jabatan fungsional guru dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru, dengan menggunakan uji F menunjukkan hubungan F hitung sebesar 25,640 dengan F tabel sebesar 2,7 dengan taraf signifikasi 0,5%, dan sumbangan relative = 44,5 %, sumbangan efektif = 42,7 %.
Read the story >

contoh DAFTAR ISI

Rabu, 02 November 2011
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN KEASLIAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
ABSTRAKSI ................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 4
C. Batasan Masalah ................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................... 7
A. Struktur Modal Perusahaan .................................................. 7
B. Teori Struktur Modal ............................................................ 16
C. Ukuran Perusahaan (Firm Size) dan Pengaruhnya terhadap Struktur Modal (Capital Structure) ...................................... 22
D. Risiko Bisnis (Busines Risk) dan Pengaruhnya terhadap Struktur Modal (Capital Structure) ...................................... 22
E. Pertumbuhan Aktiva (Assets Growth ) dan Pengaruhnya terhadap Struktur Modal (Capital Structure) ........................ 23
F. Profitabilitas (Profitability ) dan Pengaruhnya terhadap Struktur Modal (Capital Structure) ....................................... 24
G. Struktur Kepemilikan (Ownership Structure) dan Pengaruhnya terhadap Struktur Modal (Capital Structure) .. 25
H. Penelitian Terdahulu ............................................................ 25
I. Kerangka Pemikiran ............................................................. 29
J. Hipotesis ........ ....................................................................... . 29

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 31
A. Populasi dan Sampel ............................................................ 31
B. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 31
C. Jenis Data dan Sumber Data ................................................ 32
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 32
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ............. 33
F. Metode Analisis Data ........................................................... 35

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................. 42
A. Sebaran Perusahaan ............................................................... 42
B. Pengujian Asumsi Klasik ..................................................... 43
C. Pengujian Hipotesis ............................................................... 47
D. Pembahasan ........................................................................... 56

BAB V PENUTUP ...................................................................... 61
A. Kesimpulan ............................................................................ 61
B. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 62
C. Saran ...................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Read the story >

HUBUNGAN SUPERVISI INSTRUKSIONAL, PEMBERIAN PENGAKUAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI SE-LOMBOK TIMUR

Selasa, 01 November 2011
ABSTRAK [08]
Oleh : Musuki (Pembimbing : Prof. Dr. Gde Anggan Suhandana, Dr. Gde Sedanayasa, M.Pd)

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara emperik hubungan supervisi instruksional, pemberian pengakuan kepala sekolah dan kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMP Negeri se-Lombok Timur.
Populasi sasaran dalam penelitian ini berjumlah 1.126 orang guru negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur dan 291 orang ditetapkan sebagai sampel penelitian sesuai dengan tabel Krejcie. Sampel ini diambil dengan menggunakan teknik sampel Multi Stage Sampling (pengambilan sampel dengan cara bertahap). Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional dan tergolong Ex-post Facto dengan data primer yang dikumpulkan melalui angket tertutup. Data dianalisis dengan menggunakan statistic parametric berbentuk korelasi sederhana dan ganda serta regresi linier. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa 1) supervisi instruksional yang dilakukan kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru SMP Negeri dilingkungan Dinas Pendidikan Lombok Timur berada dalam kategori baik, dan sumbangan relatif sebesar 1,29%, sumbangan efektif 0,936%. Persamaan regresi 8,92 + 0,052. 2) pemberian pengakuan kepala sekolah terhadap guru SMP Negeri dalam usaha meningkatkan kinerja mereka di kabupaten Lombok Timur berkatagori sangat baik, dimana sumbangan relatif sebesar 4,14% dan sumbanga efektif sebesar 0,300%. Adapun persamaan regresi 5.99 + 0,093. 3) Kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru juga berada pada katagori baik, sumbangan relatif sebesar 1,83% dan sumbangan efektif 0,133%. Persamaan regresinya 6 x 10 -9 + 0,135. Adapun kinerja guru berada pada katagori baik, sumbangan terhadap kinerja guru secara bersama-sama dari ketiga variabel independen sebesar 7,26%.
Read the story >

Entri Populer

tempat iklan
Grab this Widget ~ Blogger Accessories
 
bottom